Mohon tunggu...
Suyito Basuki
Suyito Basuki Mohon Tunggu... Editor - Menulis untuk pengembangan diri dan advokasi

Pemulung berita yang suka mendaur ulang sehingga lebih bermakna

Selanjutnya

Tutup

Cerbung Pilihan

Di Sebalik Srikandi-Bisma (Episode 14)

4 Juni 2024   11:11 Diperbarui: 4 Juni 2024   11:20 198
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Orang 2 tegas berkata,"Perintah atasan, kamu kami tangkap."

Warsi bertanya,"Dengan dasar apa?"

Orang 1 menjawab sambil menunjukkan sebuah daftar dimana ada tanda tangan Warsi di situ,"Kamu mendukung partai politik yang sekarang dilarang oleh pemerintah.  Kamu mendukung dengan kegiatan kesenianmu."

"Itu omong kosong.  Daftar itu adalah daftar orang-orang yang diminta sumbangannya untuk sebuah kegiatan. Hal itu adalah legal, sebagai pejabat pemerintahan saya hanya menyumbang, tidak lebih dan tidak kurang," Warsi membela diri.

Orang-orang tidak sabar,"Terlalu lama ngoceh, ayo kita tangkap dia, ganyang dia."

Warsi tahu nasibnya akan sama dengan orang-orang sebelumnya.  Mereka ditangkap oleh orang-orang yang mengaku aparat atau organisasi keagamaan tertentu dengan tuduhan mendukung gerakan partai politik yang sebelumnya besar pengaruhnya di masyarakat, bahkan seorang presiden pun mengakui otoritasnya.  

Warsi hanyalah seorang pegawai pemerintahan bagian keuangan daerah.  Selepas dari sebuah sekolah konservatori Solo, kembali ke kotanya, kemudian ada tawaran pekerjaan, dia memasukinya. Karena pendidikannya, maka dia dijadikan kepala kantor.  Dia bekerja dengan baik, bahkan di kantornya dia mengadakan kegiatan kesenian berupa karawitan.

"Silakan tangkap aku, tapi ijinkan aku bertemu dulu dengan istriku." Warsi mendatangi istrinya yang menangis sesenggukan di pintu rumah.  Dipandanginya istrinya dan diciumnya bocah bayi dan kakaknya.  Dipegangnya bahu istrinya,"Aku pergi, mungkin untuk selamanya.  Jangan harapkan kepulanganku. 

 Pesanku, didiklah anak-anak kita menjadi orang yang teguh dalam pendirian, tegar dalam pergulatan hidup.  Selamat tinggal istriku.  Selamat tinggal Bagas dan Titin anakku, tabahlah dalam menghadapi hidup ini." Warsi mencium istrinya dan anak-anaknya.  Istrinya menangis, kedua bocah itu juga menangis dengan suara keras seolah tahu situasi yang menegangkan.

 Orang 1 tidak lagi sabar,"Ayo ikut dengan kami." Warsi pergi diikuti orang-orang yang membawanya.  Kakek Bagas yang baru saja pulang dari ladang, segera berlari mendekati ibu Bagas yang menangis.  Kakek Bagas kemudian meraih Titin, digendongnya.  Sontak Bagas dan Titin pun menangis, seolah mengerti keadaan.

Tembang macapat Durma masih lamat-lamat terdengar: Paman-paman apa wartane ing dalan...

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun