Mohon tunggu...
Suyito Basuki
Suyito Basuki Mohon Tunggu... Editor - Menulis untuk pengembangan diri dan advokasi

Pemulung berita yang suka mendaur ulang sehingga lebih bermakna

Selanjutnya

Tutup

Cerbung Pilihan

Di Sebalik Srikandi-Bisma (Episode 11)

1 Juni 2024   10:35 Diperbarui: 1 Juni 2024   10:43 115
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sebuah bebukitan, sore hari Handa menangis di pelukan Bagas.

Handa berbisik,"Aku tidak tahu, mas, apa yang harus aku lakukan...??"

Bagas menarik napas panjang, mengelus rambut Handa yang panjang,"Aku juga tidak tahu apa yang harus aku katakana.  Hanya aku heran, apakah latar belakang politik orang tuaku yang aku sendiri tidak jelas juntrungnya perlu dibawa-bawa dalam hal ini.  Atau sekedar cari alasan untuk memisahkan kita?"

Handa masih berbisik,"Entahlah, aku tidak tahu."

Bagas merenganggkan tubuh Handa,"Barangkali soal kemiskinanku?  Hani, kemiskinan memang perlu dijauhi.  Kemiskinan selalu menakutkan."

Handa bertanya dengan heran,"Apa maksudmu mas?"

Bagas lirih menjawab, merasakan angin getir,"Han, kamu tahu sendiri.  Sejak kecil aku hanya hidup dengan kakekku.  Hidup yang berkekurangan menjadi bagian dalam hidupku.  Kadang aku sendiri ragu, apakah kuliahku akan dapat selesai. Aku harus bekerja sampingan mencukupi kebutuhanku sendiri, supaya kuliah tetap harus jalan."

Handa memandang kagum."Aku malah bangga sebenarnya dengan kemandirianmu itu, mas."

Bagas menjawab, pandangannya ke langit,"Tapi itu menakutkan banyak orang tentang kepastian masa depan.  Menakutkan orang tuamu, menakutkanmu, dan kadang-kadang membuat ketakutan diriku sendiri.  Handa, aku menyadari siapa diriku saat ini; tiba-tiba aku merasa betapa jauhnya jarak di antara kita."

Handa melekat ke tubuh Bagas,"Mas Bagas, jangan berkata seperti itu."

Bagas merenggangkan tubuh Handa kembali,"Mungkin baik kalau memikir positif apa yang menjadi keinginan orang tuamu.  Aku mengalah.  Aku dengar orang tuamu akan menjodohkanmu dengan seorang penerbang yang orang tuanya kaya raya."

Handa berbalik sambil menangis.  Langit temaram, burung-burung di langit mengejar cakrawala yang semakin buram.

(Bersambung)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun