Mohon tunggu...
Suyito Basuki
Suyito Basuki Mohon Tunggu... Editor - Menulis untuk pengembangan diri dan advokasi

Pemulung berita yang suka mendaur ulang sehingga lebih bermakna

Selanjutnya

Tutup

Cerbung Pilihan

Di Sebalik Srikandi-Bisma (Episode 10)

31 Mei 2024   17:38 Diperbarui: 31 Mei 2024   18:00 209
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadis menari (Kumarawangi Art)

Di Sebalik Srikandhi-Bisma (Episode 10)

Oleh: Suyito Basuki

 

Keputusan Final

 Di ruang tamu, Fitri dihibur Nyi Sutejo ibunya dan Vita sahabatnya.

Nyi Sutejo membelai rambutnya,"

Ada apa sih Ndhuk kok kelihatannya kamu bertengkar sama Bramastho?"

Vita juga bertanya,"Iya Fit, ada apa sih?"

Fitri menjawab lirih,""Hubunganku dengan Bramastho sudah berakhir bu."

"Lho, kenapa?," Nyi Sutejo bertanya heran.

Yang ditanya menjelaskan,"Aku dapat informasi dari teman-teman, Bramastho kembali ke kebiasaan lamanya.  Selain suka minum, dia sekarang mengkonsumsi narkoba, bahkan sudah terkenal menjadi pengedar barang maksiat itu Bu.  Aku tidak mau terseret arus yang menyesatkan itu."

Mendengar itu Nyi Sutejo menarik nafas, begitu pula Vita.

Nyi Sutejo kemudian berkata bijak,"Ya sudah jika itu yang menjadi keputusanmu.  Saya menganggap keputusan itu adalah tepat.  Aku juga tidak rela jika anak gadisku terlibat dengan pergaulan yang menyesatkan seperti itu.  Bukankah itu keputusan yang baik nak Vita?"

"Betul bu, terakhir malah saya dengar-dengar Bramastho menjadi target buruan polisi kota ini," terang Vita.

Nyi Sutejo mengelus dada,"Yotalah Gusti, moga-moga Bramastho diberi kesadaran oleh Yang Maha Kuasa.  Ya sudah, mari kita masuk saja."

Study Tour

Di Sebuah Sekolah Tinggi Seni, Lima bus wisata mahasiswa pada naik.  Bus-bus kemudian bergerak, Tulisan spanduk di badan bus: "Sekolah Tinggi Seni Yogyakarta.  Pantai Bandengan, Sentra Ukir dan Museum Kartini Jepara, " Hari masih pagi. Di dalam salah satu bus, mahasiswa-mahasiswi jurusan seni tari tengah bernyanyi-nyanyi.  Lagu yang mereka bawakan scara bersama-sama dengan iringan beberapa gitar adalah: "Di sini senang, di sana senang...".  Bagas termasuk salah satu penumpang bus itu.  Bagas rupanya diajak oleh Fitri mengikuti acara kampusnya.  Bagas duduk bertiga bersama dengan Fitri dan Vita.

Seorang mahasiswa berdiri berorasi: "Teman-teman, marilah kita manfaatkan waktu study tour kita dengan penuh kesukacitaan. Lupakan kesedihan penciptaan komposisi tari, belum bayar kos dan lain-lain.  Ini waktu kita mengendurkan syaraf kita.  Semoga kita tenang dan terinspirasi dengan wisata kali ini.  Setuju??"

Semua mahasiswa menjawab,"Setujuuu."

"Sebelum dilanjutkan, di tengah-tengah kita ada teman baru.  Namanya Bagaspati Kumara..., Kumara siapa Fit?" mahasiswa yang berorasi tadi bertanya.

Vita yang justru menjawab,"Kumarawangi!"

Seorang mahasiswayang lain menanggapi,"Ya, ya, Bagaspati Kumarawangi...Informasi lebih lanjut tanya pada Fitri.  Sekian, mari tepuk tangan dan kita lanjutkan nyanyian kita."

Tepuk tangan berderai dan mereka melanjutkan menyanyi lagu "Susah tiada gunanya."

Akhirnya rombongan sampai di Pantai Bandengan Jepara.  Pantai Bandengan ini menurut pemandu wisata mempunyai nilai sejarah, yakni saat itu, RA Kartini remaja sering bermain-main di pantai ini. Suasana pantai cukup ramai.  Bus-bus yang membawa rombongan mahasiswa jurusan tari berhenti dan mahasiswa berloncatan turun.  Bagas turun membawa barang bawaannya: tustel dan tas kecil, Fitri dan Vita turun kemudian.  

Bagas menolong Fitri turun dengan memegang salah satu tangan Fitri.  Fitri agak tersipu.  Mahasiswa-mahasiswa duduk membuat lingkaran, membuka snack persediaan mereka masing-masing.  Panitia mempersiapkan diri dengan berbagai macam permainan buat peserta study tour.  Bagas, Fitri, Vita, dan beberapa mahasiswa berada dalam satu kelompok.

Seorang mahasiswa bertanya,"Eh, mas Bagas katanya belajar pedhalangan di kraton ya?"

Vita menjawab,"Eh, ngapain sih nanya-nanya?  Mau nanggap main ya?  Kapan?" 

Mahasiswa lain berteriak, " Minggu depan, dia mau disunat!" yang lain mendengar dan tertawa.

Seorang mahasiswa yang lain bertanya juga,"Eh, katanya juga ngajar ya, di mana?"

Bagas menyebut sebuah universitas swasta tempat ia mengajar.

Panitia memberi pengumuman dengan mikrophne,"Perhatian-perhatian!  Masih ada waktu sekitar 15 menit untuk istirahat dan persiapan tarik tambang.  Mahasiswa yang mewakili semester masing-masing supaya bersiap-siap!"

Vita bertanya kepada Fitri,"Eh, kita maju nggak nih?"

"Nggak tahulah, rasanya sudah malas ikut acara yang begituan.  Sudah tua-tua sih kita ini...Tiga tahun yang lalu acaranya juga gitu-gitu aja," Fitri menjawab sambil memandang lautan lepas.

Seorang mahasiswa rupanya mendengar jawaban Fitri,"Ya, untuk Fitri, maklumlah kalau nggak ikut." Semua tersenyum sambil melirik Bagas dan Fitri berganti-ganti.

Seorang mahasiswa berada di antara mereka berkata,"

Ayo kita nyanyi.  Sebentar, ini ada undian.  Nah, silakan ambil.  Yang namanya terambil, harus nyanyi solo.  Setuju?":

Semua mahasiswa menjawab,"Setujuuu...."

Seorang mahasiswa mengedarkan undian,"Nah, silakan ambil Fit."Fitri mengambil undian membuka dan membacanya:"Bagaspati Kumarawangi"...  Bagas agak kaget, tapi mencoba tenang, seorang mahasiswa menyodorkan sebuah gitar kepada Bagas.

Vita bertanya kepada Bagas,"Bisa main gitar?"

Bagas menjawab sambil menerima gitar,"Sedikit."

Vita berkata sambil melirik Fitri,"Nyanyi terserahlah mas, pokoknya yang romantis."

Bagas kemudian memetik gitar dan menyanyi sebuah lagu Iwan Fals "Kemesraan ini".  Pada bagian refrein, mahasiswa-mahasiswa yang tergabung dalam kelompok mereka menyanyi: Kemesraan ini janganlah cepat berlalu, kemesraan ini, ingin kukenang selalu, hatiku damai jiwaku tentram di sampingmu, hatiku damai jiwaku tentram bersamamu.

Usai menyanyi semua mahasiswa dalam lingkaran bertepuk tangan.  Fitri memandang Bagas dengan penuh kekaguman.  Bagas pun memandang Fitri dengan penuh arti.

Vita bertepuk tangan,"Hebat, hebat juga nyanyinya.  Kalau besok nggak laku ndalang, nyanyi aja ya." Bagas mendengar dan tersenyum. 

"Ayo undiannya diambil lagi, siapa lagi nih yang nanti dapat giliran nyanyi?" Mahasiswa yang lain usul.

Salah satu di antara mereka menjawab lantang,"Siapa lagi yang bakal dapat undian, ya pasti mas Bagas lagi, lha wong kertas undian ini nama yang tertulis di dalamnya Bagas Kumarawangi semua kok," Semua tergelak.

Bagas meringis,"Wah asem, aku dikerjain."

Fitri menarik tangan Bagas, sambil menunjuk arah gendhongan prau, tempat perahu-perahu ditambatkan.,"Yuukk, kita jalan ke sana." Bagas mengikuti ajakan Fitri. "Yok Vi." Fitri mengajak juga Vita.

Vita menjawab mengajukan sembah,"Sendika ndara putri."

Fitri menghardik,"Hush." Mereka bertiga tertawa.

(Bersambung)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun