Angin Puting Beliung Terjang Tiga Desa Jepara
Oleh: Suyito Basuki
Minggu 21 April 2024 yang baru lalu bencana angin kencang atau orang sering sebut angin lesus melanda tiga Desa di Kabupaten Jepara, Jawa Tengah. Â Desa-desa tersebut menurut catatan Jawa Pos Radar Kudus adalah Desa Wedelan dan Banjaragung yang terletak di Kecamatan Bangsri dan Desa Kancilan di Kecamatan Kembang. (https://radarkudus.jawapos.com/jepara/694562211/angin-kencang-terjang-sejumlah-rumah-di-2-kecamatan-di-jepara-begini-kerusakannya)
Kerusakan Rumah-rumah di Tiga Desa
Menurut Jawa Pos Radar Kudus, di desa Banjaragung akibat angin kencang yang disertai hujan itu menyebabkan sebuah pohon besar roboh meruntuhkan sebagian kamar mandi rumah seorang warga. Â Sedangkan di desa Wedelan, Jawa Pos Radar Kudus melaporkan angin kencang tersebut merusak TPQ Al Falah dan sebagian atap rumah warga.
Sementara itu di Desa Kancilan, Ana Widarti (40), bercerita meski rumahnya tidak terdampak, tetapi," Yang kena rumah daerah tengah desa, hujan angin sekitar jam setengah 12 siang, hanya sebentar tapi banyak rumah-rumah yang gentengnya roboh," demikian Ana mencoba mendeskripsikan keadaan angin kencang itu.
Jalur Puting Beliung
Pdt. Dwi Nindya Adiputra (47) seorang rohaniwan yang melayani warga jemaat Gereja Injili di Tanah Jawa (GITJ) Kancilan menyebutkan bahwa di rumah pastori tempat ia tinggal, ia merasakan angin mobat mabit dan jendela kamar terbanting beberapa kali. Â Sementara itu menurutnya tanaman jagung di belakang pastori ambruk semua, padahal jauh dari lokasi atau jalur angin. Â "Sebelum angin, ada hujan deras tiba-tiba lalu disusul angin kencang, hujan dan angin sekitar 30 menitan," demikian Dwi Nindya menerangkan.
Menurut Dwi Nindya yang sudah bertempat tinggal sekitar 15 tahun di desa Kancilan ini menyebutkan bahwa daerah Kancilan berdasarkan keterangan warga sepertinya menjadi jalur angin puting beliung atau lesus, karena beberapa kali terjadi dengan jalur atau lokasi yang tidak jauh berbeda.Â
"Selama saya tinggal di pastori, ini kali kedua. Yang pertama sekitar 7-8 tahun yang lalu. Â Yang lebih parah karena terjadi tengah malam, bahkan beberapa rumah joglo kayu jati terbang, tinggal pondasinya saja. Â Waktu itu gereja juga kena dampak, genting dan lantai-lantai kabur juga. Â Namun kali ini gereja aman, karena genting sudah kami ikat pakai kawat." Demikian Dwi Nindya mengakhiri penjelasannya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H