Mohon tunggu...
Suyito Basuki
Suyito Basuki Mohon Tunggu... Editor - Menulis untuk pengembangan diri dan advokasi

Pemulung berita yang suka mendaur ulang sehingga lebih bermakna

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Djoko Pekik, Kritik Pedas, dan Kekuatan Ekspresi Personalnya Menonjol

14 Agustus 2023   17:57 Diperbarui: 15 Agustus 2023   17:04 1074
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Subroto Sm menyatakan,"Saya mulai mengenal lebih dekat dengang Pak Pekik, saya biasa memanggilnya demikian, sejak th 1972 saat saya bersama para pelukis: Aming Prayitno, Handrio, dan Batara Lubis tergabung dlm proyek-proyek seni rupa yang dikerjakan oleh Studio Pualam Timur yang dipimpin oleh pelukis Lian Sahar. Karya-karya yang kami kerjakan adalah elemen dekorasi interior, seperti mosaik, hiasan dinding, dan lukisan. Proyek-proyek yang kami dikerjakan aantara lain untuk  Kantor Gubernur dan Kantor Kehutanan di Aceh dan Pemda Kalimantan Timur, " demikian Subroto Sm. Kedekatan hubungan dengan Djoko Pekik yang menjadi tahanan politik terkait dengan G30S 8 November 1965-1972 ini, saat keduanya aktif di organisasi istri senirupawan Yogyakarta yang didirikan pada 14 Agustus 1982 yang disebut Ikaisyo.  Dalam organisasi tersebut ada sejumlah legenda seni rupa Indonesia seperti Affandi, Widayat, Fadjar Sidik, Edhi Sunarso, Amri Yahya, Saptohoedojo, Bagong Kussudiardja dan lain-lain.

Menurut pengamatan Subroto Sm, pasca keluar dari tapol th 1972 sampai akhir tahun 1980-an Djoko Pekik dapat dikatakan vakum sebagai pelukis, karena kondisi sospol pada waktu itu mengucilkan siapapun eks tapol. Untuk memutar roda ekonomi rumah tangganya, Djoko Pekik kadangkala mendapat order dari Studio Pualam Timur.  Selain itu Djoko Pekik juga pernah hidup sebagai penjahit, berjualan lurik, pernah juga menjadi petani lombok.

Menurut pengamatan Subroto lebih lanjut, nama Djoko Pekik sebagai pelukis mulai terkenal ketika karya-karyanya diikutkan dlm Pameran KIAS (Pameran Kebudayaan Indonesia di Amerika Serikat) th 1990-1991. 

Keikutsertaannya di KIAS dianggap kontroversial dan sempat menjadi polemik di media massa, lantaran Djoko Pekik adalah ex-tapol.   Keikutsertaan Djoko Pekik di KIAS, awalnya atas rekomendasi Astry Wright, dari Cornel University, ketika Astry Wright sedang meneliti karya Djoko Pekik  untuk disertasinya.  Sebagai catatan saja, orang sering menyebutnya bukan Astry Wright tetapi Astari Rasyid.  "Itu penyebutan nama yang salah," begitu Subroto Sm.

Oleh karena itulah, menurut penuturan Subroto Sm, sejak tahun 1991, karya Djoko Pekik  mulai dicari kolektor.  Nama Djoko Pekik  mulai melambung sejak karyanya "Berburu Celeng" dibeli oleh Siswanto, pemilik toko Mirota Kampus dengan harga fantastik: satu milyar rupiah.

Gegara itu Djoko Pekik mendapat julukan pelukis satu milyar.  Djoko Pekik yang secara umum disebut sesuai KTP lahir 2 Januari 1938, tetapi setelah Subroto Sm mengkonfirmasi dengan Tinuk, istri Djoko Pekik, ternyata lahir di Grobogan, Purwodadi, Jateng, 1 Februari 1938.  Sepoerti yang diungkap Subroto Sm selanjutnya, Djoko Pekik sendiri, dia lahir sehari sesudah anaknya Ratu Yuliana, Beatrix yang lahir tg 31 Januari 1938.

Subroto Sm dan istri bersama Djoko Pekik dan istri serta Ibu Kartika Affandi (Sumber Gambar: Dokumen Pribadi Subroto Sm)
Subroto Sm dan istri bersama Djoko Pekik dan istri serta Ibu Kartika Affandi (Sumber Gambar: Dokumen Pribadi Subroto Sm)
Kritik Pedas hingga Kekuatan Ekspresi Personalnya Menonjol

Berikut ini kesan Subroto Sm terhadap karya-karya Djoko Pekik:

a. Ide-idenya sebagian besar membawa pesan dan tidak jarang sebagai kritik pedas tanggapannya pada perkembangan sosial-politik mutakhir di Indonesia.

b. Konsep visual/bentuknya sangat khas/unik.  Lukisannya bagi saya cenderung ke gaya sosial realisme yang ekspresionistik.

c. Ekspresi personalnya  menonjol, sehingga aspek anatomi dan proporsi, atau perspektif yang kadang tampak lemah bisa diatasinya. Namun ia sangat memperhatikan komposisi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun