Saya kemudian minta maaf dan sampai seperti memohon supaya masalah tidak diperpanjang karena saya tahu kondisi fisiknya yang sesungguhnya. Saya benar-benar menyesal dengan perkataan saya yang jelas menunjukkan ketidaksabaran saya.
Mungkin dalam situasi wajar, apa yang saya sampaikan bisa menjadi semacam humor dan bahan kami tertawa bersama-sama, tetapi situasinya lain, istri saya sedang tertekan dengan penyakitnya dan program kemoterapi yang sedang ia jalani, yang tentu saja membawa suasana hati yang jelas berbeda. Tidak seperti suasana keseharian sebelumnya yang santai.
Program kemoterapi ada yang berlangsung beberapa bulan tetapi ada yang berlangsung satu tahun, tergantung dengan jenis kanker yang diderita dan levelnya berapa. Ada seorang tetangga desa yang menderita kanker payudara dan harus menjalani kemoterapi selama beberapa bulan.
Karena tidak mau riwa-riwi dari Jepara ke Semarang untuk persiapan dan pelaksanaan kemoterapinya, maka bersama suami lebih memilih indekost di sebuah rumah dekat RSUP Kariadi.
Sekedar info saja, tetangga desa ini profesi sehari-harinya berjualan mie ayam. Sehingga selama indekost di Semarang, praktis mereka tidak berjualan mie ayam sama sekali. Dari gambaran itu, nyata dibutuhkan kesabaran luar biasa dalam mendampingi penderita.
Ada juga penderita yang sendiri saja saat berkonsultasi ke dokter sebelum kemoterapi, tetapi banyak yang didampingi oleh pasangan atau keluarga. Pada saat antre kamar untuk rawat inap, misalnya, peran pendampingan keluarga ini juga sangat diperlukan.
Melayani Totalitas
Pendampingan pada penderita sebaiknya dilakukan dengan prinsip melayani totalitas. Mengapa?
Penderita dalam menjalani program kemoterapi gerak fisiknya akan lebih lemah dibanding hari-hari sebelum sakitnya. Terlebih bawaan penderita kemoterapi, biasanya nafsu makan akan menurun drastis dan ada trauma terhadap makanan rumah sakit yang harus ia santap.
Saat di ruang kemoterapi, begitu mendengar suara kereta dorong perawat yang mengirim makanan sudah membuat istri saya muntah, sehingga sayalah yang kemudian menyantap ransum rumah sakit itu. Istri malah minta dibelikan nasi goreng yang warungnya ada di dekat rumah sakit.
Sebenarnya penderita tidak boleh makan makanan yang ditaburi bumbu masak karena itu bisa menyebabkan sel kanker lebih mengganas. Sebuah dilema. Kalau tidak dibelikan istri tidak mau makan, kalau dibelikan maka membayakan bagi kesehatannya.
Selama dirawat di rumah sakit maka pakaian-pakaian yang harus dicuci saya bawa ke tempat laundry yang ada disekitar rumah sakit. Saya bawa pakaian-pakaian kotor dan beberapa hari kemudian saya ambil dengan membayar biaya laundry yang telah ditetapkan. Mungkin pemilik laundry sampai hafal dengan saya. Jalan kaki dari ruang perawatan ke tempat laundry yang biasanya saya lakukan di pagi hari, saya anggap sebagai olahraga yang menyehatkan.