Mohon tunggu...
Suyito Basuki
Suyito Basuki Mohon Tunggu... Editor - Menulis untuk pengembangan diri dan advokasi

Pemulung berita yang suka mendaur ulang sehingga lebih bermakna

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Lepas dari Jerat Pencobaan Seksual

12 Juni 2022   07:11 Diperbarui: 12 Juni 2022   07:13 220
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Perselingkuhan (haibunda.com)

Lepas dari Jerat Pencobaan Seksual

Oleh: Suyito Basuki

Rasul Paulus dalam I Korintus 10:12-13 menulis, "Sebab itu siapa yang menyangka bahwa ia teguh berdiri, hati-hati supaya ia jangan jatuh!  Pencobaan-pencobaan yang kamu alami ialah pencobaan-pencobaan biasa yang tidak melebihi kekuatan manusia.  Sebab Allah setia dan karena itu ia tidak membiarkan kamu dicobai melampaui kekuatanmu.  Pada waktu kamu dicobai, Ia akan memberikan kepadamu jalan keluar, sehingga kamu dapat menanggungnya."

Paradigma yang Keliru

Sangat berbahaya diri orang Kristen jika berparadigma bahwa ia tidak dapat jatuh.  Perlu disadari bahwa pencobaan bertujuan untuk menguasai.  Supaya tidak terlalu stress dengan pencobaan, perlu mengembangkan pikiran bahwa pencobaan yang dialami, terutama masalah seksualitas, tidak unik tetapi hal yang umum.  Dan ingatlah, karena kesetiaan-Nya, Allah tidak akan pernah membiarkan orang percaya jatuh dalam pencobaan, dan Ia tidak pernah mengizinkan pencobaan apa pun melebihi kekuatan orang percaya.  Setiap pencobaan, Allah menyediakan jalan keluar, dan Allah selalu membuat orang percaya dapat menanggung dan terlepas dari pencobaan itu.

Perhatikan, Allah tidak pernah menjadi sumber pencobaan (baca Yakobus 1:13-17).  Seseorang yang penuh dengan dorongan nafsu seksual sehingga kadang-kadang nyaris tidak dapat dapat mengendalikan dirinya, tidak bisa menyalahkan Allah begitu saja, karena Allah bukan sumber pencobaan tetapi sumber setiap yang baik dan sempurna.  Pencobaan itu datangnya dari diri sendiri karena keinginan pribadi.  Hati-hati, tujuan pencobaan adalah untuk memikat dan bertujuan akhir supaya orang percaya menjadi berdosa.

Penyelewengan Seksual

Ray Mossholder (Kepemimpinan, Vol. 35 Th. IX, h. 20)  memberi tahu adanya pencobaan-pencobaan yang dapat membawa seseorang jatuh ke dalam tindakan seksualitas yang tidak kudus.  Ray menyebutkan 8 jerat penyelewengan seksual. Kedelapan jerat tersebut adalah:

(1) kekuasaan dan kesombongan; seseorang yang berkuasa dan sombong seringkali melupakan kontrol sehingga mudah sekali ia jatuh, ia melupakan pertangungjawaban yang harus ia lakukan;

(2) Sampah masuk, sampah keluar; jika terlalu banyak memasukkan pikiran kotor, maka yang akan keluar adalah tindakan-tindakan buruk juga;

(3) Memusatkan perkara-perkara di bumi; terlalu berpikir dengan data-data kuantitatif melupakan hal yang kualitatif; doa dan pemahanan Alkitab secara pribadi adalah hal-hal yang bersifat kualitatif;

(4) Anugerah yang dilecehkan; terlalu sederhana menanggapi pengorbanan Kristus, dengan mudahnya ditukar dengan kenikmatan seksualitas sesaat;

(5) Diperbudak waktu; karena sibuk, seringkali melupakan keluarga, sehingga hubungan dengan keluarga dan istri terasa kering;

(6) Krisis kehidupan tengah baya; perlu doa dan kasih keluarga yang membangun, di sini persekutuan dengan sesama orang Kristen atau hamba Tuhan sangat penting artinya;

(7) Kepayahan; hati-hati dengan ambisius pribadi;

(8) Pikat yang menjatuhkan; hati-hati, jangan sampai memberikan daging kita "tempat" untuk digodai, bayarannya sangat mahal!

Tahapan Pencobaan

Bagaimana tahapan-tahapan pencobaan itu?  Rasul Yakobus menulis, "Tetapi tiap-tiap orang dicobai oleh keinginannya sendiri, karena diseret olehnya.  Dan apabila keinginan itu telah dibuahi, ia melahirkan dosa; dan apabila dosa itu matang; ia melahirkan maut". (Yakobus 1:14-15)

Dari nas tersebut, dapat disimpulkan, setidaknya ada tujuh tahap pencobaan.  Ketujuh tahap itu adalah: (1) pandangan; (2) hawa nafsu; (3) umpan; (4) pembuahan; (5) kelahiran; (6) pertumbuhan; dan (7) maut. 

Tahap 1 berhubungan dengan penglihatan kita terhadap godaan yang ada di sekitar kita.  Tahap ke-2 berkaitan dengan pengaruh godaan tersebut terhadap nafsu kita.  Tahap ke-3, menunjukkan hati yang sudah bernafsu itu kemudian mendapat umpan yang menggiurkan.  Tahap ke-4 berhubungan dengan pemikiran yang telah terpengaruh.  Adanya keinginan yang kuat untuk melakukannya.  Tahap ke-5, menjelaskan adanya tindakan mengikuti kehendak pemikiran itu.  Terjadilah perbuatan yang menyeleweng dari aturan etika masyarakat maupun kehendak Tuhan, sehingga lahirlah dosa itu.  Tahap ke-6, menunjukkan bahwa dosa menjadi berkembang.  Dosa yang bertumbuh menjadi ngeri sekali pertumbuhannya.  Aturan-aturan kemasyarakatan dan etika gereja akan ditabrak tanpa peduli.  Tahap ke-7, dosa itu akan melahirkan berbagai kekecewaan batin yang mendalam dan akhirnya kematian!

Muntahkan Segera

Yang perlu disadari bahwa ketika seorang percaya, bahkan pemimpin Kristen sedang dalam tahap-tahap awal pencobaan, sesungguhnya ia dalam keadaan sangat-sangat berbahaya.  Hal pertama yang harus segera dilakukan adalah : beri isyarat pada diri sendiri.  Kemudian kirimkan isyarat pada Tuhan melalui doa, dan terus meneruslah belajar peka.

Cobalah perhatikan ketujuh tahap pencobaan.  Bagian tahap manakah yang paling menjadi titik lemah secara pribadi?  Titik lemah itu harus ditandai.  Dr. Bruce Wilkinson mengajarkan melalui Personal Holiness in Times of Temptation supaya manakala pencobaan itu datang pada titik lemah tersebut, maka harus dimuntahkan segera! (h. 6)   

Selanjutnya, sikap-sikap apa yang menyebabkan godaan dalam rumah tangga, sehingga jika tidak hati-hati, maka suami atau istri akan jatuh dalam perselingkuhan?  Ada lima sikap yang dapat mendorong suami atau istri berselingkuh: (1) Cemburu berlebihan; (2) Suka memerintah pasangan; (3) Menggerutu atau bersungut-sungut; (4) Egois; dan (5) Gairah seks yang minim. (Bahana, Juni 2004, hal. 16-17)

Sedangkan tips yang ditawarkan dari majalah tersebut untuk menghindari perselingkuhan adalah: (1) Perkuat cinta kasih; (2) Hindari sikap egois; (3) Ada keterbukaan; (4) Ciptakan kekompakan; dan (5) menjaga penampilan. (hal. 17)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun