Pelaksanaannya adalah sebagai berikut: warga jemaat dihimbau untuk datang beribadah di gereja dengan membawa makanan yang berupa nasi, sayur dan lauk yang telah dipersiapkan dari rumah. Â Makanan-makanan yang ditempatkan di baskom atau nampan dikumpulkan di konsistori atau di tempat yang telah disediakan.Â
Usai mengadakan ibadah peringatan Pentakosta maka jemaat tetap berkumpul di gereja atau gedung pertemuan dengan duduk di kursi yang sudah ditata berhadap-hadapan. Â
Setelah pujian dan doa dinaikkan, maka tibalah makanan dibuka tudung atau penutupnya. Â Masing-masing jemaat kemudian mengambil bungkus kertas atau daun pisang atau jati yang disediakan. Â Dengan beralaskan kertas atau daun tersebut, maka jemaat makan nasi beserta lauk pauknya dengan tangan, tanpa sendok.
Usai acara makan, sisa-sisa makanan dikumpulkan.  Beberapa orang sengaja sebelumnya membungkus nasi beserta lauk secukupnya untuk dibawa pulang.  Acara manganan selain wujud ungkapan kegembiraan juga bentuk kepedulian sosial warga jemaat yang satu dengan yang lainnya.  Di sinilah  jemaat bisa saling berbagi walau dengan makanan yang tidak terlalu mewah.
Lelangan
Lelangan ini adalah kegiatan menjual dengan cara lelang hasil pertanian dan pekerjaan seluruh warga yang sebelumnya dikumpulkan. Â Proses awalnya adalah warga memberi persembahan dnegan membawa berbagai hasil pertaniannya bisa berupa gabah, beras, hasil palawija, kelapa dan lain-lain ke gereja. Â
Selain hasil pertanian, ada juga warga membawa hasil peternakannya, misal: ayam, bebek, menthok, kambing, sapi dan lain-lain. Â Warga yang memiliki usaha meubel ada juga yang membawa meubel hasil pekerjaannya. Â Ada juga warga yang tidak memiliki lahan pertanian atau usaha peternakan membeli parcel buah atau kebutuhan dapur untuk dipersembahkan.
Setelah barang-barang persembahan tersebut didata oleh panitia, maka tibalah waktunya untuk lelang. Â Biasanya harga lelang akan jauh lebih tinggi dari pada harga pasaran. Â
Jadi misalnya parcel seharga 50 ribu bisa terjual dengan harga 200 ribu. Â Yang didahulukan untuk dilelang biasanya adalah barang-barang kebutuhan sehari-hari diselang-seling dengan hasil pertanian atau hasil peternakan. Â Kemudian barang yang dilelang agak terakhir adalah kelapa dan gabah. Â
Saya pernah ikut pelelangan seekor kambing, 3 tahun yang lalu, dan kambing itu saya titipkan (dalam bahasa Jawa digadhuh-kan) pada seorang jemaat. Â