Mohon tunggu...
Suyito Basuki
Suyito Basuki Mohon Tunggu... Editor - Menulis untuk pengembangan diri dan advokasi

Pemulung berita yang suka mendaur ulang sehingga lebih bermakna

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Novel Ziarah Iwan Simatupang, Kegelandangan yang Lahirkan Jati Diri

3 Juni 2022   09:08 Diperbarui: 3 Juni 2022   09:16 6826
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Perwatakan tokoh-tokoh Ziarah dapat dilihat dari tindakan-tindakan yang dilakukan tokoh-tokoh serta konsep-konsep pemikirran yang dilukiskan pengarang pada tokoh-tokoh tertentu.  Perwatakan pelukis yang sangat eksentrik digambarkan dari kelakuan-kelakuan yang diceritakan pengarang sebagai berikut:

"Begitu malam jatuh, perutnya dituangnya arak penuh-penuh, memanggil Tuhan keras-keras, kemudian meneriakkan nama istrinya keras-keras, menangis keras-keras untuk pada akhirnya tertawa keras-keras...". (Ziarah, hal. 1)

"Selesai mandi dan berpakaian, dia lari ke jalan, berhenti di kaki lima untuk menentukan arah mana yang bakal ditempuhnya.  Ini dilakukannya dengan cara menatap lama-lama ke inti matahri, suatu kesanggupan yang baru beberapa hari ini saja diperolehnya". (Ziarah, hal. 2)

Tokoh opseter, tidak kalah aneh perwatakannya dibanding dengan pelukis.  Tokoh opseter ini, didalam melakukan komunikasinya dengan para pegawainya, dilakukannya secara tertulis.  Ini dilakukannya setelah sistem rasionalisasi kerjanya diinstruksikan walikota untuk ditarik.  

Rencana kerjanya tiap-tiap hari ditulisnya pada secarik kertas, kemudian ditusukannya pada paku di tiang tangga depan rumah dinasnya dan kemudian tiap pagi mandor datang mengambilnya dari situ lalu meneruskannya kepada seluruh pegawai dan buruh. (Ziarah, hal. 42-43)

Ada lagi perwatakan yang aneh, yakni opseter memiliki kepuasan jika melihat kegelisahan atau penderitaan pelukis.  Dia tahu persis bahwa pelukis sangat tidak menyukai suasana pekuburan karena suasana itu hanya akan mengingatkannya pada istrinya yang sudah meninggal.  

Mengetahui hal ini, opseter meminta pelukis bekerja mengapur tembok pekuburannya sebuah pekuburan di mana istri pelukis ini dikebumikan. 

Diceritakan:"Tiga hari pula lamanya sang opseter terus menerus mengintipnya dari celah-celah pintu dan jendela rumah dinasnya di kompleks pekuburan itu.  Dia sang opseter makin gelisah.  Sebab sedikit pun tak ada dilihatnya yang ganjil yang patut mendapat perhatian khas pada tingkah laku pengapur itu." (Ziarah, hal. 11)

Anti Alur cerita

Dami N. Toda dalam pembahasannya menyatakan bahwa alur dalam novel-novel Iwan Simatupang (dalam hal ini Ziarah) adalah "anti alur", artinya alur tanpa diduga-duga, kapan-kapan dapat terjadi apa saja, karena tokohnya adalah bukan tokoh tunggal. (Dami N. Toda, Novel baru Iwan Simatupang, hal. 55)

Dengan bebas sekali Iwan Simatupang memulai nomor babnya dengan kehidupan tokoh-tokohnya, yang semula menurut pemikiran pembaca justru tidak ada hubungannya.  Tokoh-tokoh pelukis, opseter, walikota, dan istri pelukis, mendapat proporsi yang seolah-olah sama.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun