Mohon tunggu...
Suyito Basuki
Suyito Basuki Mohon Tunggu... Editor - Menulis untuk pengembangan diri dan advokasi

Pemulung berita yang suka mendaur ulang sehingga lebih bermakna

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Novel Ziarah Iwan Simatupang, Kegelandangan yang Lahirkan Jati Diri

3 Juni 2022   09:08 Diperbarui: 3 Juni 2022   09:16 6826
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pelukis beserta istrinya kemudian mengembara dan sampailah mereka di pantai tempat mereka mendirikan gubuk tempat tinggalnya.  Kemudian diberitakan bahwa suatu kali mereka pernah menempati rumah walikota atas permintaan perdana menteri.  Namun akhirnya kembali lagi pada kehidupan pantai.

Setelah kematian istrinya, dalam pekerjaannya yang serabutan, akhirnya dia mendapatkan tawaran mengapur tembok pekuburan tempat istrinya dimakamkan.  Di sinilah dia bertemu dengan tokoh opseter yang sebenarnya mahasiswa filsafat yang cemerlang otaknya dan maha guru yang bekerja di pekuburan.

Setelah opseter mati dengan gantung diri, maka timbul keinginan pelukis ini untuk mengganti kedudukan opseter.

Novel Baru Iwan Simatupang

Memahami novel Iwan Simatupang, maka konsep atau tata nilai tradisional harus ditinggalkan.  Iwan sendiri menghendaki pembacanya mengerti konsep-konsep kebaruan dalam novelnya.  Ditulisnya: novelnya adalah novel masa depan, novel tanpa pahlawan, tanpa tema dan tanpa moral. (Ziarah, hal. 90)

Novel masa depan menurutnya adalah novel yang dapat mengatasi era krisis novel.  Dengan novel ini pula, maka Iwan ingin mengupas persoalan manusia yang lain dari yang biasa dilakukan.  

Menurutnya persoalan manusia yang akan datang bukan lagi manusia baik atau manusia jahat, manusia benar atau manusia salah, manusia tampan atau manusia jelek, akan tetapi manusia yang mempertaruhkan dirinya sebagai nilai terakhir yang perlu diuji keampuhannya dalam satu keadaan baru.  Yakni, keadaan dari tepi-tepi terakhir kemanusiaan sendiri. (Ziarah, hal 90)

Terhadap novel Iwan Simatupang, HB  Jassin memberikan penilaian dengan lebih dulu membandingkan dengan novel-novel tradisional, tulisnya: "Dalam Siti Nurbaya dan lain-lain novel yang terbit sesudah itu, yang diutamakan ialah gerak-gerik orang, bukan jalan pikirannya, keadaan jiwanya.". (Dami N. Toda, Novel Baru Iwan Simatupang, Jakarta: Pustaka Jaya, hal. 47)

Untuk memahami Iwan Simatupang, dalam hal ini novel Ziarah, HB Jassin dalam resensi pendek 26/6/ 1963 menulis: "Sebagaimana orang pernah harus punya waktu untuk mengerti puisi Chairil Anwar, demikian juga orang akan menunggu waktu, baru dapat menghargai prosa Iwan sepenuhnya.  

Cerita ini yang baru sama sekalidalam bahasa, dalam pengungkapan, dalam mendekati hidup dan permasalahan, merupakan halaman baru dalam kesusasteraan Indonesia." (Dami N. Toda, Novel Baru Iwan Simatupang, hal. 47)

Ada beberapa hal yang baru dalam novel Ziarah, yang dapat dirangkumkan dalam hal: tema, penokohan, alur, latar belakang cerita dan gaya bercerita.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun