Mohon tunggu...
Suyito Basuki
Suyito Basuki Mohon Tunggu... Editor - Menulis untuk pengembangan diri dan advokasi

Pemulung berita yang suka mendaur ulang sehingga lebih bermakna

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Mengatasi Kesulitan Pernikahan Janda-Duda

19 April 2022   10:10 Diperbarui: 19 April 2022   14:58 1272
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kenangan pernikahan kami, foto bersama Pdt. Setyo Utomo (dok.pri)

1. Latar belakang keluarga yang berbeda

Mereka yang menikah berawal dari posisi janda dan duda memiliki latar belakang keluarga sebelumnya berbeda.  Saya memiliki kehidupan sebagai seorang pelayan jemaat dan saya seorang Kristen Protestan.  

Saya memiliki anak 5 orang.  Istri saya yang adalah seorang guru SMP dan SMK swasta, meninggal karena penyakit tumor colon.  Setelah menjalani operasi pemotongan usus besar dan membuang tumor yang ada, kemudian menjalani kemoterapy selama 1 tahun di sebuah rumah sakit di Semarang.  Tetapi rupanya Tuhan berkehendak lain, istri saya dipanggil Tuhan 6 tahun yang lalu.

Suami istri saya sebelumnya adalah ahli taman dan ahli terapi gurah. Meninggal 10 tahun yang lalu karena penyakit jantung yang diderita.  Istri saya memiliki 2 orang anak, satu orang di antaranya telah berkeluarga dan memiliki 2 orang anak.  Istri saya yang sekarang ini juga guru di sebuah SMA negeri, seorang Katholik taat.

Perbedaan itu kami satukan.  Istri kemudian menganut keyakinan Kristen Protestan dan dia berusaha menghayati hidup sebagai ibu gembala jemaat, meski tetap menjalani kehidupannya sebagai guru.  

Kami menyatukan keyakinan sesuai fakta bahwa jumlah anak kami sekarang 7 orang dan berusaha memperhatikan mereka secara maksimal, meski tentu saja perhatian kami ini masih banyak kekurangannya.  

Tetapi sampai sejauh ini, kami merasa ada peningkatan-peningkatan perhatian, baik kami sebagai orang tua terhadap anak maupun mereka sebagai anak terhadap orang tua.

2. Tujuan hidup yang berbeda

Pernikahan janda-duda dilakukan oleh dua orang yang semula memiliki tujuan hidup masing-masing.  Dulu saya berpikir, setelah saya menyelesaikan tugas pelayanan saya, maka kami akan kembali ke kota Jogja.  

Jika mungkin saya akan kembali mengajar di perguruan tinggi, namun setidaknya, saya hanya akan mengabdi sebagai abdi dalem kraton Jogjakarta untuk lebih mengembangkan seni pedalangan, khususnya yang memiliki gagrak (bergaya) Mentaraman.  

Saya sebelumnya pernah menyiapkan lamaran untuk menjadi abdi dalem kraton Jogjakarta ini 22 tahun yang lalu.  Setelah saya lulus dari sekolah pedalangan Habirandha yang diadakan kraton Jogjakarta di tahun 2000, maka saya yang mengajar di sebuah sekolah tinggi dan universitas di Jogjakarta, mempersiapkan diri untuk menjadi abdi dalem kraton Jogja.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun