Mohon tunggu...
Suyito Basuki
Suyito Basuki Mohon Tunggu... Editor - Menulis untuk pengembangan diri dan advokasi

Pemulung berita yang suka mendaur ulang sehingga lebih bermakna

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Sebuah Ancaman Pembunuhan

1 Februari 2022   09:26 Diperbarui: 1 Februari 2022   09:35 734
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saya tidak mau bertanya lebih jauh toh urusan pekerjaan, urusannya sendiri, persoalanku adalah bagaimana saya bisa segera menamatkan SMA dan mengambil kuliah diploma pertanian seperti yang saya impikan selama ini.  

Ingin sekali, kelak saya menjadi penyuluh pertanian yang sering pergi ke desa memberi pencerahan kepada para petani supaya hasil pertaniannya lebih banyak sehingga hidupnya semakin layak.  

Saat saya lulus SMA, kesulitan mulai menghadang di depan.  Saya mau meneruskan ke diploma pertanian, tetapi orang tua tidak mengijinkan karena tidak ada biaya.  

Lahan kebun yang tidak seberapa telah dijual untuk biaya pernikahan Kelik.  Sawah yang tidak begitu luas sengaja dipertahankan untuk kehidupan keluarga,"  Danang, lelaki muda usia 27 tahun itu menghentikan ceritanya barang sejenak.  

Dia usap peluh di keningnya dengan sapu tangan merah muda.  Jemari anak muda ini runcing dan telapak tangannya halus, tidak sebagai mana telapak tangan lelaki di kota kami, yang kasar, karena kerja keras mengangkat balok kayu atau mengukir atau mengamplas hasil-hasil meubel.

Aku sodorkan sebuah botol minuman mineral.  Aku sendiri kemudian minum air dari botol minuman mineral satunya.  

Ruangan berukuran 2 x 3 meter itu terasa panas. Aku buka kaca nako lebar-lebar.  Suara lagu dari radio warung sebelah sekolah menyelusup. Entah kenapa, tiba-tiba aku ingat sama Tutik.  Sedang apa ia siang ini?  Apakah di tempat ia ngajar juga tengah menemui masalah yang berat sebagaimana kutemui?  Aku mau mengirim sms kepadanya, tetapi segera saja kuurungkan, bukankah hal ini tidak sopan. 

Bukankah tugas utamaku saat ini harus mendengar dengan cermat apa yang dikatakan Danang dan kemudian mencoba memberi jalan keluar yang terbaik, itupun kalau aku bisa.  Usai minum, sambil menarik napas dalam-dalam Danang  melanjutkan ceritanya yang membuatku bergidik.

"Alex kemudian menawari akan mempertemukan dengan orang yang sanggup mensponsori kuliah, jika saya mau. Jadilah saya pergi bersama dengannya ke kota propinsi.  Karena kami sampai di kota itu sudah malam, maka kami menginap di sebuah penginapan. 

Malamnya kami tidur.  Namun terjadilah sesuatu yang tidak saya duga sebelumnya.  Alex kemudian mengajakku untuk...ah..." Danang tak bisa melanjutkan kalimatnya, tetapi aku sudah paham maksudnya.

"Kamu mau?"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun