Tamasya di Dunia Jungkir Balik, Sebuah Resensi Injil Yudas
Oleh: Suyito Basuki
Â
Judul:Â The Gospel of Judas, Injil Yudas; Â Penyunting:Â Rodolphe Kasser, Marvin Meyer, Gregor Wurst;Â Penerjemah:Â Wandi S. Brata; Â Penerbit:Â PT Gramedia Pustaka Utama; Cetakan: 2006; Tebal: 218 halaman
      Injil Yudas yang menjadi bagian dari Kodeks Tchacos ini dimungkinkan berasal dari paruh pertama abad keempat Masehi, tertulis di atas lembar-lembar papirus asli.  Ditulis dalam dialek Sahidik, sebuah dialek lokal dalam bahasa Kopt yang tercampur dengan pengaruh-pengaruh dialek tertentu dan menjadi suatu dialek lokal di Mesir Tengah.  Ada anggapan naskah ini merupakan hasil terjemahan naskah asli dalam bahasa Yunani yang diperkirakan terbit pada sekitar abad II.
  Tempat diketemukannya teks tersebut  di daerah Al-Minya.  Ditemukan dalam perburuan harta karun, mungkin sekitar 1978 di Mesir Tengah.  Penemunya mencoba-coba menggali-gali kubur di Jebel Qarara (sisi kanan tanggul) Sungai Nil, yang mendominasi desa Ambar dekat Maghagha, 60 km sebelah utara Al-Minya.
Dapat dikisahkan selanjutnya, bahwa setelah melalui perdagangan barang antik dan perawatan yang kasar, maka oleh pemiliknya mengusulkan akuisisi kodeks tersebut kepada Maecenas Foundation for Ancient Art di Basel.
Kodeks itu secara resmi dikirim ke Swiss tanggal 19 Februari 2001 atas nama yayasan tersebut. Â Yayasan itu kemudian mengamankan, melalui restorasi, menyimpan, dan menerbitkannya; akhirnya mendonasikan kepada institusi yang tepat di Mesir, negara tempat asal naskah kuno tersebut. Â Pejabat yang berwenang di Mesir sejak itu menerima donasi yang dijanjikan itu dan menunjuk museum Koptik di Kairo sebagai kediaman terakhir naskah kuno tersebut.
Yudas yang Diunggulkan
Dalam kitab Injil-injil hasil kanon yang dipakai oleh kaum kristianitas sampai sekarang ini, Yudas adalah termasuk salah seorang dari 12 orang murid Yesus. Â Yudas mendapat kepercayaan untuk memegang kas keuangan komunitas itu. Â Dan Yudas pulalah yang kemudian dihujat oleh para murid yang lain karena tega berkhianat dengan menyerahkan Yesus kepada orang Yahudi dan tentara Roma.
Kisah penyaliban Yesus, tidak bisa lepas dari cerita pengkhianatan Yudas (Iskariot) ini. Â Betapa buruknya kehidupan Yudas di hadapan para pembaca Injil-injil kanonik. Â Bahkan dalam kematiannya pun Yudas dikisahkan "tidak beruntung". Â Yudas mati menggantung diri, dan ususnya terburai dengan darah tercecer di atas tanah yang dibelinya dari hasil pengkhianatannya kepada gurunya itu.
Dalam Injil Yudas, fakta dan kesan tentang Yudas dibalik 180 derajad. Â Memang tidak diingkari dalam teks yang carut marut keutuhannya itu, bahwa Yudas tetap menyerahkan Yesus kepada orang Yahudi dan Roma untuk disalibkan. Â Tetapi tindakan Yudas ini dilihat dari sisi pemahaman kaum gnostik sebagai suatu tindakan yang tepat. Â Dengan demikian Yudas tak pelak menjadi tokoh protagonis ketimbang tokoh antagonis.Â
Pengetahuan dan keberanian Yudas pun dinilai luar biasa, bahkan oleh Yesus sendiri. Dalam ayat 36 Yudas berkata kepada Yesus tentang asal-usul Yesus,"Saya tahu siapa engkau sesungguhnya dan dari mana asalmu. Â Engkau berasal dari Barbelo. Â Dan saya tak pantas untuk mengucapkan nama Dia yang telah mengutusmu."
Perkataan Yudas ini muncul begitu saja sesudah ia mampu berdiri di hadapan Yesus, sementara para murid tidak berani berdiri di hadapannya. Â Walau Yudas tidak dapat menatap mata Yesus dan terpaksa dia harus memalingkan mukanya, cuplikan fragmen ini menunjukkan bahwa Yudas memiliki keunggulan roh dibanding dengan roh para murid yang lain.
Keunggulan Yudas yang lain dapat dibaca ketika Yudas diajak bercakap-cakap Yesus tentang keallahan, kosmologi, kemanusiaan, dan keselamatan. Â Keunggulan puncak yang sebenarnya hendak disampaikan penulis Injil Yudas ini adalah bahwa melalui Yudaslah Yesus mempunyai kesempatan untuk melepaskan rohnya dari raga yang membelenggunya selama di dunia ini. Â Dengan lepasnya roh dari raga yang mengungkungnya ini, maka roh Yesus akan kembali ke alam ilahi yang kekal, yang melampaui jagad raya yang penuh dengan kenistaan ini.
Menjelang penyerahan Yesus kepada orang-orang Yahudi, Yesus berbicara kepada Yudas dan memberi komentar atas tindakannya,"Tetapi engkau akan lebih besar daripada mereka semua; karena engkau akan mengorbankan wujud manusia yang meragai diriku.  Tandukmu telah ditinggikan, murkamu telah disulut, bintangmu telah nampak begitu cemerlang dan hatimu telah [...] (ay. 57).
Eksplorasi Gnostik nan Platonik
Gnostik adalah sebuah aliran kepercayaan mistik religius yang intinya meyakini bahwa cara orang diselamatkan adalah melalui pengetahuannya. Â Manusia memiliki kebijaksanaan (sofia) yang jika dikembangkan dengan benar, maka akan menjadi jalan keselamatan mereka.
Kebijaksanaan yang mereka maksud adalah bahwa terdapat alam ilahi dan alam manusiawi. Â Alam ilahi itu tidak terhampiri oleh manusia yang hidup di dunia ini. Â Sesungguhnya terdapat manusia agung yang memiliki percikan-percikan ilahi di dalan dirinya. Â Ini terjadi ketika penciptaan awal manusia, Sang Ilahi itu menghembuskan nafasnya kepada manusia.
Manusia-manusia yang memiliki percikan ilahi di dalam dirinya, sebagaimana Yudas, memandang bahwa kehidupan manusia di dunia ini menyengsarakan. Â Raga mereka mengungkung roh mereka yang rindu kembali kepada dunia ilahi itu untuk bersatu dengan penciptanya. Â Oleh karena itulah, ketika jiwa lepas dari raga, yang berarti mereka mati, maka saat itulah terjadi keselamatan, karena jiwa itu bersatu dengan roh yang ilahi yang ada di alam ketinggian sana.
Ketika Yesus disebut berasal dari Barbelo oleh Yudas, sebenarnya itu menunjukkan alam yang diyakini oleh kaum gnostik sebagai alam yang jauh tak terjangkau oleh pikiran manusia. Â Barbelo adalah salah satu dewa yang diyakini maha tinggi. Â Berbeda dengan Yaldabaoth serta Saklas dewa pencipta dunia ini yang diyakini bodoh, kacau dan haus darah.
Yesus adalah anak Barbelo yang maha tinggi, sehingga kelak akan kembali ke alam ilahi. Dengan demikian, jawaban Yudas sangat dipuji oleh Yesus. Â Pujian Yesus kepada Yudas yang menyebut bahwa bintang Yudas lebih baik daripada bintang-bintang para murid yang lain, menunjukkan bahwa astronomi sangat mempengaruhi kehidupan seseorang. Â Jalan pikiran ini menunjukkan penulis Injil Yudas banyak dipengaruhi oleh pemikiran Plato. Â Plato pernah menyatakan mengenai jiwa, bintang, dan penciptaan dunia dalam Timaeus. Â Intinya adalah bahwa dalam penciptaan, sang pencipta mempercayakan jiwa-jiwa kepada bintang-bintang, masing-masing jiwa satu bintang. Â Ketika manusia itu hidup baik maka mereka akan kembali kepada bintang mereka masing-masing.
Injil Yudas, oleh beberapa komentator buku ini, dinilai tak lebih dari pernyataan kaum gnostik aliran Set. Â Aliran ini sudah dilabrak oleh Ireneus bapa gereja abad II yang sangat bersemangat memerangi bidah-bidah yang muncul pada zaman-zaman itu.Â
Gnostik ini berusaha memberi tempat yang mulia kepada figur-figur seperti  Kain, Orang-orang Sodom dan Gomora, Korakh, dan Yudas Iskariot, walau dalam pemahaman tradisi kristianitas yang berkembang sekarang ini, tokoh-tokoh ini tampil sebagai tokoh antagonis dan dimurkai Tuhan.  Alasan kaum gnostik ini memberi tempat yang utama adalah, tokoh-tokoh ini memiliki pengetahuan lebih baik dibanding manusia sezamannya dan telah berbuat lebih baik dalam usaha membebaskan jiwa mereka dari raga yang mengungkungnya.
Membaca buku ini bak tamasya, harus sabar, tidak emosi, dan menarik juga untuk mencoba mengerti alur pikiran kaum gnostik untuk pemahaman lebih jauh. Â Tidak perlu ada ketakutan yang berlebihan bagi yang berkepentingan, meski penjungkirbalikkan cerita terjadi di dalamnya.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI