Hal itu menyebabkan  Petruk dan seluruh keluarga tidak mendapat bagian, padahal itu adalah kebun bersama dan Semarlah yang menanamnya, baik pisang, durian, rambutan dan berbagai tanaman buah lainnya. Â
Akhirnya Bagong berkelahi dengan Petruk dengan model perang kembang, Bagong menjadi Arjuna sementara Petruk berperan sebagai Cakil. Â Saat mereka "perang" Â datanglah Semar disertai Srikandi, melerai mereka yang sedang berkelahi.
Semarlah yang kemudian menguraikan makna natal. Â Bahwa berkelahi, apalagi sesama saudara itu tidak baik. Â Dunia ini membutuhkan perdamaian. Â Perdamaian yang terjadi di masyarakat yang plural ini akan melahirkan inspirasi untuk tindakan-tindakan kebaikan lainnya. Â
Perdamaian yang dilakukan juga akan menjadi pencerahan bagi masyarakat sekitar, karena peran yang Tuhan berikan kepada umat-Nya adalah supaya menjadi garam dan terang dunia yang memancar bagi dunia yang penuh dengan kegelapan, yakni tindakan kriminal dan berbagai kejahatan lainnya.Â
Semar juga menerangkan bahwa pemerintah Jepara sudah berusaha secara maksimal untuk menjaga ketentraman umat beragama di Jepara.Â
Diterangkan oleh Semar bahwa gereja di daerah Dermolo yang sudah puluhan tahun tidak bisa ditempati karena hambatan beberapa oknum, sejak tahun 2021 sudah bisa ditempati untuk peribadatan. Â
Bahkan dicontohkan oleh Semar, di desa Karanggondang, Kecamatan Mlonggo, tempat "Semar" tinggal, di mana pemeluk Islam berkisar 60 % dan Kristen 40 %, kerukunan umat beragama sangat nyata, baik yang beragama Islam dan Kristen saling bahu-membahu dalam kegiatan sosial, yakni kematian dan lain-lain. Â
Di daerah Tempur, Kecamatan Keling, disebutkan juga kerukunan umat beragama terasa nyata. Â Bangunan Masjid dan Gereja itu berhadap-hadapan hanya dipisahkan oleh gang yang sangat kecil. Â
Penduduk  di daerah Tempur, meski berbeda keyakinan juga bahu membahu dalam bermasyarakat.  Oleh karena itulah, kata Semar selanjutnya, hidup sesama saudara janganlah saling berkelahi, harus menjaga kerukunan dan toleransi satu sama lain.Â