Mohon tunggu...
Suyito Basuki
Suyito Basuki Mohon Tunggu... Editor - Menulis untuk pengembangan diri dan advokasi

Pemulung berita yang suka mendaur ulang sehingga lebih bermakna

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Nyemar Lagi

7 Januari 2022   06:22 Diperbarui: 7 Januari 2022   06:25 384
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagong, Semar, Petruk, Srikandi dan ketiga bocah emban (Dok. Pri)

Hal itu menyebabkan  Petruk dan seluruh keluarga tidak mendapat bagian, padahal itu adalah kebun bersama dan Semarlah yang menanamnya, baik pisang, durian, rambutan dan berbagai tanaman buah lainnya.  

Akhirnya Bagong berkelahi dengan Petruk dengan model perang kembang, Bagong menjadi Arjuna sementara Petruk berperan sebagai Cakil.  Saat mereka "perang"  datanglah Semar disertai Srikandi, melerai mereka yang sedang berkelahi.

Bagong, Semar, Petruk, Srikandi dan ketiga bocah emban (Dok. Pri)
Bagong, Semar, Petruk, Srikandi dan ketiga bocah emban (Dok. Pri)

Semarlah yang kemudian menguraikan makna natal.  Bahwa berkelahi, apalagi sesama saudara itu tidak baik.  Dunia ini membutuhkan perdamaian.  Perdamaian yang terjadi di masyarakat yang plural ini akan melahirkan inspirasi untuk tindakan-tindakan kebaikan lainnya.  

Perdamaian yang dilakukan juga akan menjadi pencerahan bagi masyarakat sekitar, karena peran yang Tuhan berikan kepada umat-Nya adalah supaya menjadi garam dan terang dunia yang memancar bagi dunia yang penuh dengan kegelapan, yakni tindakan kriminal dan berbagai kejahatan lainnya. 

Semar juga menerangkan bahwa pemerintah Jepara sudah berusaha secara maksimal untuk menjaga ketentraman umat beragama di Jepara. 

Diterangkan oleh Semar bahwa gereja di daerah Dermolo yang sudah puluhan tahun tidak bisa ditempati karena hambatan beberapa oknum, sejak tahun 2021 sudah bisa ditempati untuk peribadatan.  

Bahkan dicontohkan oleh Semar, di desa Karanggondang, Kecamatan Mlonggo, tempat "Semar" tinggal, di mana pemeluk Islam berkisar 60 % dan Kristen 40 %, kerukunan umat beragama sangat nyata, baik yang beragama Islam dan Kristen saling bahu-membahu dalam kegiatan sosial, yakni kematian dan lain-lain.  

Di daerah Tempur, Kecamatan Keling, disebutkan juga kerukunan umat beragama terasa nyata.  Bangunan Masjid dan Gereja itu berhadap-hadapan hanya dipisahkan oleh gang yang sangat kecil.  

Penduduk  di daerah Tempur, meski berbeda keyakinan juga bahu membahu dalam bermasyarakat.  Oleh karena itulah, kata Semar selanjutnya, hidup sesama saudara janganlah saling berkelahi, harus menjaga kerukunan dan toleransi satu sama lain. 

Menjaga budaya, menjaga keutuhan bangsa (Dok. Pri)
Menjaga budaya, menjaga keutuhan bangsa (Dok. Pri)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun