Dari paparan di atas kita bisa memahami bahwa kewarasan dalam artikel ini adalah kembali pada keadaan semestinya seorang sarjana terhadap fitrahnya, yakni budaya akademik. Hidup di lingkungan masyarakat berbeda dengan lingkungan akademik, sehingga budaya akademik perlu dijaga agar tidak hilang oleh rasa malas akibat lingkungan dan zona nyaman, dimana keadaaan seseorang yang stagnan dan merasa cukup dalam sebuah situasi. Kedua hal ini secara tidak langsung dapat menjerumuskan sarjana pada pola monoton yang berujung pada penyakit malas. Untuk menyikapi hal itu, perlu ada langkah-langkah atau cara untuk menjaga kewarasannya.
Seni menjaga kewarasan adalah langkah atau cara yang dilakukan oleh seorang sarjana untuk merawat kewarasannya. Penulis menggunakan kata seni karena kewarasan merupakan bentuk ekspresi dari budaya akademik dan bisa dipelajari sehingga dapat mendorong daya kreatif seseorang. Seni menjaga kewarasan juga dapat dilakukan oleh semua orang untuk merangsang dan melatih literasinya. Berikut ini adalah paparan dari seni menjaga kewarasan;
Membaca buku
Membaca buku adalah langkah pertama dan paling mendasar dalam menjaga kewarasan, khususnya bagi sarjana. Dengan membaca, individu tidak hanya menambah wawasan baru tetapi juga melatih kemampuan berpikir kritis. Di lingkungan pedesaan yang minim akses terhadap sumber bacaan (perpustakaan), hal ini menjadi tantangan tersendiri. Namun dengan hadirnya teknologi dan buku digital atau e-book, hal ini bisa diatasi dengan mudah. Membaca buku membantu menjaga otak tetap aktif, dan sebagai sarjana, sangat penting untuk tetap terhubung dengan perkembangan ilmu pengetahuan.
Update berita
Tidak kalah penting, sarjana juga harus selalu up-to-date terhadap perkembangan terbaru, minimal berita yang ada di tempat tinggalnya seperti ekonomi, politik, hukum, sosial, budaya dan sebagainya. Era sekarang, berita dapat diakses dimanapun dan kapapun melalui media sosial atau artikel online sehingga bisa menjadi salah satu cara efektif untuk menjaga kewarasan. Dengan tetap terhubung pada peristiwa terkini, seorang sarjana dapat mengaitkan ilmunya dengan keadaan masyarakat saat ini dan terus relevan dalam percakapan sehari-hari.
Membaca lingkungan
Membaca lingkungan berarti peka terhadap dinamika sosial dan budaya di sekitar kita. Bagi seorang sarjana yang tinggal di pedesaan, kemampuan ini menjadi penting. Menyesuaikan ilmu pengetahuan yang dimiliki dengan kondisi dan kebutuhan masyarakat setempat akan memperkaya pengetahuan, pengalaman, dan kemampuan adaptasi. Memahami bagaimana masyarakat sekitar berpikir, bertindak, dan berinteraksi dapat menjadi sumber inspirasi bagi sarjana dalam menerapkan pengetahuannya secara praktis. Membaca  lingkungan dapat dimulai dari orang-orang sekitar kita seperti teman atau keluarga.
MenulisÂ
Menulis menjadi salah satu cara terbaik untuk menjaga kewarasan. Dengan menulis, sarjana dapat menuangkan ide, gagasan, atau pemikiran yang mereka miliki. Menulis tidak hanya menjadi sarana ekspresi diri tetapi juga membantu mempertajam kemampuan analitis dan refleksi. Bagi sarjana yang tinggal di pedesaan, menulis juga dapat menjadi jembatan untuk berbagi wawasan kepada masyarakat atau sarjana lain di luar lingkungan mereka.
Membangun relasi dengan seniorÂ