Aku pikir, naik motor kaya lagunya Kotak, 'Pelan-pelan saja' akan jadi hal baik untuk membuat mood pagi meningkat. Bekal ingin hemat dan niat sarapan di kampus jadi inti dari semangat 'santuy'.Â
Memang wajar apalagi sebagai pengguna motor selow, aku memang tidak biasa 'ngebut' apalagi bikin 'burnout' kaya pawai motogp. Aku menikmati setiap suasana saat berkendara dengan sesekali mencium aroma masakan disana-sini.Â
Aku berusaha tetap santai sambil melirik orang-orang tengah beraktivitas. Sebuah pemandangan yang bakalan jarang ditemui saat kita berkendara terburu-buru.
Setiap mau berangkat dengan tunggangan kesayangan, 'melipat jas hujan' sejujurnya yang paling malas buat dilakukan. Memilih tetap membawa jas hujan tentu jauh lebih bijak ketimbang 'ngoyos' basah tak karuan. Kelihatanya memang mudah namun ada seni dibalik itu semua.
 'Mau tidak mau' jas hujan memang penting buat persiapan, antisipasi, preventif atau apapun itu bahasanya, kalo kata orang Pekalongan ya 'Palango alias siap-siap'. Setidaknya baju dan uang jajan masih kering di kantong celana.Â
Saat berkendara, aku belajar seni baru yang rasanya baru 'ngeh' selama sekian waktu. 'Seni Alami', aku menyebutnya begitu. Sesuatu yang memang berjalan biasa dimana setiap orang pernah melakukanya. Bisa dibilang seni ini begitu triki alias 'gampang-gampang susah'.
Tipe Motoran pakai jas hujan
Mendung dan hujan menjadi nikmat hidup yang luar biasa. Setidaknya suasana lebih adem dan jadi ada alasan buat pakai jaket tebal. Buat yang tidak suka dingin, jaket memang cukup saat suasana pagi mendung. Namun kalau sudah hujan deras, tetap saja jas hujan jadi pilihan para pengendara.
Meskipun kita bisa berkata, 'sedia payung sebelum hujan' namun bagiku sedia jas hujan memang banyak untungnya.Â
Cerita dalam tulisan ini memang nampak 'unfaedah'. Beberapa kalimat dengan gamblang tak mendukung mereka yang suka nostalgia. 'Ya, maksudku' nostalgia sewaktu kecil, hujan-hujanan tanpa hirauan basah dan tidak nyaman.Â
Saat turun hujan, berbagai cara memang bisa dilakukan oleh pengendara. Mulai meneduh di depan toko/bangunan, mampir warung/rumah makan sampai 'ngebut' tak karuan.Â