Maklumlah pendakian Singgalang sangat menguras tenaga. Treknya sangat berat, rasanya lebih berat dibandingkan gunung Kerinci dan Latimojong. Licin, terus menanjak tampa ampun, nyaris tanpa bonus. Semakin merasa keletihan, semakin diberi tanjakan. Wajarlah sedikit pendaki yang berminat berziarah ke sini.
Awan keemasan terus membentuk formasi berubah-ubah (dokpri)
Pada fase ini awan mulai berubah warna (dokpri)
Keesokan harinya, Jum'at (12/5/2017), pagi-pagi sekali kami pergi muncak. Puncak gunung Singgalang tak seberapa jauh dari tepian Telaga Dewi, paling berjalan kaki sekitar 15-30 menit mengikuti jaringan kabel yang berakhir di puncak. Dari Telaga Dewi nampak beberapa tower menjulang di atas bukit yang merupakan puncak gunung Singgalang dengan ketinggian sekitar 2.877 meter di atas permukaan laut.
Momen-momoen senja yang diabadikan dalam foto-foto artikel ini diambil hari Jum'at (12/5/2017). Senja yang sempurna. Sinar matahari memancar terang. Pada sisi lain berlapis-lapis awan masih bergumpalan di cakrawala.
Fase awal atau senja sipil di Telaga Dewi (dokpri)
Sambil menunggu sunset, penulis menyibukkan diri dengan acara main masak-masakan, sambil mendengar lagu-lagu yang mengalun syahdu dari Logitech X50 Bluetooth Speaker.
Dengan kamera telepon genggam yang seadanya, penulis mengabadikan senja kali ini.(*)
13-591bde7b1cafbdf74f48472f.jpg
Mengisi waktu menunggu sunset dengan main masak-masakan (dokpri)
SUTOMO PAGUCI
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Lihat Travel Story Selengkapnya