Mohon tunggu...
Sutiono Gunadi
Sutiono Gunadi Mohon Tunggu... Purna tugas - Blogger

Born in Semarang, travel-food-hotel writer. Movies, ICT, Environment and HIV/AIDS observer. Email : sutiono2000@yahoo.com, Trip Advisor Level 6 Contributor.

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Analisa Runtuhnya Industri Textile di Indonesia

6 Januari 2025   11:30 Diperbarui: 5 Januari 2025   18:42 64
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi (sumber gambar: tempo co)


Setelah turunnya keputusan pailitnya raksasa industri textile Sritex di Solo. Berturut-turut muncul informasi tutupnya beberapa industri textile di Indonesia. Yang masih sanggup bertahan, hanya melakukan pemangkasan karyawan.

Industri Textile adakah industri padat karya. Dengan banyaknya yang tutup, berarti akan timbul banyak pengangguran. Dan dampaknya akan berimbas kepada taeannya kamtibnas.

Disini coba dianalisa penyebabnya, seperti:

1. Usia mesin yang sudah tua

Penggunaan mesin tua menyebabkan industri tidak efisien dan kurang produktif.

2. Produk belum terintegrasi

Kebanyakan industri textile menjadi jagoan di bidangnya masing-masing, seperti spinning, weaving, atau produk akhir. Hal ini me menimbulkan ekonomi beaya tinggi.

3. Lemahnya manajemen rantai persediaan

Sistem logistik dan transportasi yang tidak efisien menjadi penyebabnya.

4. Tidak siap berkompetisi

Munculnya industri textile dari negara lain, seperti China, Vietnam dan Kamboja yang menawarkan kualitas produk yang sama dengan harga lebih murah menyebabkan produk Indonesia kurang bersaing di pasar global.

5. Peralihan selera pasar

Negara importir mulai beralih dari produk Hulu, seperti yarn, fabrikasi beralih ke produk Hilir seperti garment, barang jadi.

6. Ketergantungan pada impor
.
Bahan baku yang masih diimpor membuat industri beaya tinggi.

7. Kurangnya tenaga ahli

Timbulnya kelangkaan tenaga ahli khususnya yang menguasai manajemen dan teknologi.

8. Lemahnya mengadopsi teknologi

Karena mengutanakan padat karya, jadi terlena, lupa menggunakan otomasi.

9. Fluktuasi harga bahan baku

Sangat tergantung pada impor dan melemahnya nilai tukar Rupiah.

10. Beaya tinggi

Akibat masih menggunakan mesin kuno, yang membutuhkan daya listrik dan bahan bakar yang mahal.

11. Masalah tenaga kerja

Tiap tahun UMR naik, sehingga menimbulkan ekonomi beaya tinggi.

12. Tuntutan global dan lingkungan

Kepedulian terhadap lingkungan dan syarat industri yang eco friendly membutuhkan beaya tinggi untuk pengelolaan limbah industri.

Kurangnya dukungan dari Pemerintah, seperti:

1. Banyaknya regulasi

Birokrasi perijinan yang rumit, berakibat beaya tinggi.

2. Besarnya tarif resmi dan tidak resmi

Membuat harga produk kurang bersaing.

3. Terlambatnya dukungan Pemerintah

Saat Sritex dinyatakan pailit, barulah Pemerintah turun tangan namun sudah terlambat.

Rekomendasi bagi industri yang masih bertahan:

* Lakukan modernisasi

Baik pada mesin maupun teknologinya.

* Ikuti trend pasar

Beralih segera ke produk Hilir yang lebih diminati.

* Lakukan efisiensi pada rantai persediaan

Perbaiki manajemen logistik dan transportasi.

* Tingkatkan kemampuan SDM

Segera lakukan pelatihan.

* Pangkas regulasi

Pemerintah harus bekerja keras untuk meminimalisasi peraturan. Dan memberikan incentif pajak dan subsidi.

* Ikuti kenauan pasar

Dengan menciptakan produk yang eco friendly, baik pada bahan baku hingga proses.

* Bina kerjasama global

Tingkatkan kerjasama dengan membuat perjanjian bisnis yang saking menguntungkan.

Semoga industri textile masih dapat diselamatkan. Karena banyak periuk nasi keluarga sangat tergantung dari keberlangsungan industri ini.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun