Setelah artikel lalu menceritakan keseruan pasar senggol yang diikuti Koteka Kompasiana di Koeln, Jerman. Maka kali ini dalam webinar Koteka Talk 193 mendatangkan salah seorang pengunjung pasar senggol.
Dia adalah Nieke von Fischer, seorang diaspora Indonesia yang setelah kuliah menemukan jodoh pria Jerman dan memutuskan tinggal di Jerman. Pemegang ijasah S2 Sosiologi ini bersama keluarganya (2 anak dan suami) tinggal di Munster, Nordrhein-Westfalen, Jerman.
Untik menuju Koeln harus menggunakan kendaraan umum berganti-ganti  kereta api dan bus. Selama 2 jam perjalanan.
Mengetahui adanya pasar senggol dari temannya. Karena kebetulan akan mengurus paspor dan bertemu tantenya yang tinggal di Bonn, Nieke memutuskan untuk pergi sendiri ke Koeln.
Sebagai orang Indonesia  yang sudah 20 tahini belum pernah pulang ke tanah air, sangat merasa senang, karena dapat ketemu sekelompok orang Indonesia.
Ada perasaan seperti sedang berada di Indonesia, meski pengunjung pasar senggol ada juga orang Jerman.
Karena dari booth ke booth melihat banyak booth makanan, booth yang memberikan informasi tentang Indonesia. Meski harga lebih mahal, namun perasaan ingin mencoba semuanya. Ada perasaan rindu berat.
Tidak ada booth favorit baginya, semuanya menarik dan mengesankan. Hingga tak terasa habis sekitar 100 Euro berdua. Ini masih wajar, karena bila di restoran berdua juga bisa mengeluarkan sekitar 50-100 Euro.
Mengenai besarnya pengeluaran itu relatif. Bila suka akan merasa murah. Sebaliknya bila tidak suka akan merasa mahal