Mohon tunggu...
Sutiono Gunadi
Sutiono Gunadi Mohon Tunggu... Purna tugas - Blogger

Born in Semarang, travel-food-hotel writer. Movies, ICT, Environment and HIV/AIDS observer. Email : sutiono2000@yahoo.com, Trip Advisor Level 6 Contributor.

Selanjutnya

Tutup

Seni Artikel Utama

Boe Cin, Lakon Sampek Engtay ala Teater Alamat

30 Juni 2024   05:00 Diperbarui: 30 Juni 2024   09:17 397
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Seluruh pemain (dokumentasi pribadi)

Teater Alamat mengetengahkan budaya Tionghoa karena cukup berpengaruh di Indonesia, sehingga perlu menjadi sebuah warisan yang perlu diketahui generasi muda Indonesia berikutnya.

. . . 

Panggung dibuka dengan menampilkan seorang Tionghoa yang bicara dengan bahasa Hokkian, dan seorang penerjemah di hadapan sekelompok mahasiswa yang menceritakan tentang Cina Benteng.

Selain budaya cap go meh, imlek, ceng beng, dan agama Buddha yang mengenalkan penggunaan lentera. Juga diceritakan kisah kelam pembantaian orang Tionghoa di Tangerang (Geger Tangerang) akibat dari perbuatan seorang Tionghoa yang menjadi tentara NICA menurunkan bendera merah putih dan menggantikan dengan bendera Belanda. Terjadi kerusuhan besar di Tangerang yang menyebabkan banyak keluarga Tionghoa kehilangan nyawa maupun harta benda.

Dikisahkan pula, amarah kaisar Langit yang ingin menghukum penduduk desa yang telah membunuh bangau miliknya. Namun berhasil diredakan kemarahannya, dengan menyalakan lentera dan petasan.

Panggung lalu beralih ke drama percintaan. Di mana Boen Hong atau A Boen, anak tunggal pengusaha kaya, yang berusia 26 tahun, dan sedang menyelesaikan skripsinya, mendapat tantangan dari ayahnya, saat akan menikahi Sien Hwa, karena dianggap masih terlalu muda dan kuliah belum selesai.

Namun A Boen yang sudah boe cin (istilah sekarang menjadi budak cinta) bertekad melawan ayahnya, dengan menginspirasi lakon Sampek Engtay.

Sebenarnya ibu A Boen bersikap netral, namun ia tidak berani melawan suaminya yang mudah ngambek, dengan keluar rumah bila sudah marah.

Diselipkan pula adegan jenaka, ketika seorang preman minta jatah saat Natal, Lebaran, bahkan Imlek.

Lakon teater Alamat mencapai puncaknya, pada suasana Imlek, dengan menampilkan ayah dan ibu Sien Hwa sembahyang pada altar leluhur, lalu menerima kunjungan dan ucapan selamat Imlek dari sanak saudaranya, dan membagikan angpao.

Tidak lupa memberi kritikan pada generasi muda, yang berpakaian putih saat Imlek, yang artinya sedang berduka. Imlek adalah kegembiraan sehingga harus berbusana merah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Seni Selengkapnya
Lihat Seni Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun