Jalannya Konferensi
Sesi I hadir dengan tema "Menggali Kesiapan Wisata Olahraga Mandalika", Presentasi dipandu oleh Shahnaz Soehartono. Dengan pembicara Deputi Bidang Koordinasi Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Kemenkomarves Odo RM Manuhutu namun berhalangan hadir.Â
Presentasi pertama oleh Country Manager VITO Perancis & Founder House of Indonesia di Paris, Ekawati Moncarre yang berkisah tentang Perancis telah berpengalaman menyelenggarakan event olahraga seperti World Cup & Euro Cup. Orang Perancis suka tempat yang sepi dan senang berpindah lokasi wisata, suka kuliner lokal dan produk lokal. Sebagai pendiri Rumah Indonesia di Paris, Eka sering menunjukkan produk UMKM ke kancah global.
Narasumber berikutnya adalah Akademisi Universitas Mataram, Dr Firmansyah, yang mengamati wisata di Lombok sangat beragam dari Kepulauan Gili, Rinjani hingga Senggigi. Dengan munculnya Mandalika diperlukan disain institusi. Institusi untuk menentukan aturan bagi semua lokasi wisata, dan menghubungkan satu sama lain dengan Mandalika.
Kemudian ditampilkan budayawan Sasak Lombok, Lalu Patria, yang mengenakan busana dodotan khas Sasak, menyampaikan agar budaya Lombok harus dipertahankan agar tidak tergerus oleh budaya global akibat masuknya wisman.
Presentasi wartawan senior Harian Kompas, Adi Prinantyo, menutup sesi pertama yang menyampaikan SWOT dari gelaran WSBK. Salah satu kekuatan adalah track dekat pantai yang dipuji peserta global dan track terbagus saat hujan karena memiliki daya cengkeram terbaik, dan Indonesia adalah konsumen tertinggi sepeda motor.Â
Ancaman disebutkan diselenggarakannya MotoGP di Thailand dan Malaysia, Mandalika harus bersiap agar tidak kalah bersaing. Peluang yang dilihatnya adalah penyelenggaraan marathon internasional serupa Borobudur Run.
Setelah jeda ishoma, ada penampilan tari "Genjang Party". Saat semua peserta sudah masuk baru moderator dundang ke atas panggung.
Sesi II dengan tema "Kunci Pengembangan Wisata Olahraga dan Ekonomi Kreatif Kawasan Mandalika".
Pembicara pertama adalah founder Javara, Helianti Hilman, yang membahas "Pengembangan potensi kuliner lokal sebagai kunci pengembangan pariwisata dan pemberdayaan masyarakat lokal".