Belum lengkap rasanya tapaleuk di Timor Barat kalau belum menggapai puncak tertingginya, yaitu di Gunung Mutis yang terkenal dengan hutan bonsainya,. Sekitar satu jam perjalanan dari Soe, kampung Fatumnasi dikenal sebagai gerbang masuk Cagar Alam Gunung Mutis. Di Fatumnasi jugalah tempat berdiamnya juru kunci Mutis dan pemilik homestay Lopo Mutis, Mathros Amin. Di Lopo Mutis para tamu bisa merasakan menginap dalam rumah adat bulat pedalaman Timor yaitu ume kbubu. Anin juga mempunyai banyak sekali cerita tentang hutan bonsai, gunung Mutis dan signifikansi spiritualnya dalam kepercayaan orang Atoin Meto, atau penutur bahasa Dawan.
Pada saat musim kemeriahan, warga mengenakan busana khas Mollo, kain tenun dengan warna merah bukan tenun ikat, tapi benang yang sudah berwarna. Juga ada komunitas literasi Lakoat Kujawas, namanya diambil dari nama dua tanaman khas Timor yang dipelopori oleh sastrawan Dicky Senda.Â
Dicky Senda juga mengelola banyak komunitas lain seperti Komunitas Sastra Dusun Flobamora, Solidaritas Giovanni Paolo, Forum SoE Peduli dan Komunitas Musa  (Multimedia untuk semua).Â
Komunitas Lakoat Kujawas berhasil meluncurkan dua antologi yaitu kumpulan puisi Tubuhku Batu Rumahku Bulan, dan kumpulan dongeng Kap Na'm To Fena. Dicky Senda sendiri menerbitkan kumpulan cerpen Kanuku Leon, To The Lighthouse, Sai Rai, Haub Jamelin dan Tuan Kamlasi Beberapa literasi ini ada yang telsh diterbitkan di Australia.
Semoga pandemi segera berlalu, sehingga kita juga dapat membuktikan keeksotisan Timor Barat seperti yang dipresentasikan Grace sore hari tadi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H