Juga dibuat workshop yang memproduksi kerajinan tangan Indonesia, karena bu Pat gemar mengumpulkan warga tuli untuk menjahit, merajut dan membatik yang hasilnya dijual online danoffline.
Mimpi Dissa adalah ingin membuka lapangan kerja dengan membuka cafe lebih banyak lagi atau menyalurkan tenaga kerja, dengan meningkatkan skill tuna rungu melalui pelatihan.
Sebagai nara sumber ke dua ditampilkan Pingkan Warouw yang wajahnya sudah tampil berkali-kali melalui layar kaca kanal TVRI. Ia mulai aktif sejak 2009 sebagai penerjemah bahasa isyarat.
Menjadi penerjemah itu tidak mudah karena harus benar dan tepat. Bahasa Isyarat itu penting untuk penyebaran berita, penyebaran agama, dan edukasi bagi orang tuli. Belajar bahasa isyarat itu mudah, tetapi harus diupdate terus dengan munculnya kata-kata baru.
Sebagai penerjemah harus sigap, karena harus mendengar, menangkap arti, lalu harus mengekpresikan dengan mimik.
Satu kata bisa menjadi beberapa bahasa isyarat. Berkomunikasi dengan orang tuli tidak boleh mudah tersinggung. Karena selalu terjadimiscommunication, karena mereka hanya mengerti 70%. Ada bahasa isyarat per huruf, dan ada bahasa isyarat per kata.
Ibu Pat sebagai satu-satunya penyandang tuli, tampil sebagai pembicara terakhir. Saat menyampaikan presentasinya, Ibu Pat dibantu oleh Santi, seorang penerjemah.
Ibu Pat yang kelahiran Pekalongan ini gigih memperjuangkan Bisindo (Bahasa Isyarat Indonesia) agar bisa menjadi satu-satunya bahasa isyarat tuna rungu di Indonesia.
Bahasa isyarat adalah satu-satunya sarana komunikasi bagi kaum tuna rungu. Tuna rungu punya hak mengetahui informasi. Siapapun hendaknya jangan meremehkan bahasa isyarat karena sangat membantu tuna rungu.
Selain dapat bekerja di cafe, seharusnya kaum tuli bisa mengisi lowongan pekerjaan di salon dan bakery.
Kesulitan meresmikan bahasa isyarat pemersatu karena beda budaya, karena mereka sudah mempunyai bahasa isyarat masing-masing, tetapi yang penting mereka bisa saling mengerti karena memiliki intuisi.
Acara seminar dilanjutkan dengan tanya jawab, dan penyerahan cindera mata dari Ketapels ke Fingertalk dan sebaliknya. Sebagai acara pamungkas, Dissa mengajak peserta seminar untuk tour melihat dapur cafe, panggung kesenian, hasil kerajinan, area workshop hingga tempat tidur karyawan dan tamu magang.