Mohon tunggu...
Sutan Malin Sati
Sutan Malin Sati Mohon Tunggu... Seniman - tukang saluang hobi barandai

Tukang Saluang

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Jokowi Ikut Ngeluh Soal Kelangkaan Pupuk, Rakyat Salah Pilih Pemimpin?

11 Januari 2021   15:34 Diperbarui: 11 Januari 2021   15:44 554
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hal senada juga diungkapkan anggota Komisi VI DPR RI FPD Herman Khaeron. Menurutnya, sejak awal menjadi anggota dewan periode 2019-2024, dirinya telah mendengar kabar terkait kelangkaan pupuk subsidi. Hal ini menurutnya disebabkan turunnya alokasi subsidi pupuk yang diberikan kepada PT Pupuk Indonesia.

Selain itu, masalah ketaatan pemerintah dalam membayar utang pada produsen pupuk juga pernah diungkapkan Kang Hero, sapaan akrab Herman Khaeron pada tahun 2017 lalu. Menurutnya, utang pemerintah pada PT Pupuk Indonesia pada tahun 2017 sebesar Rp 14,995 triliun jika tidak terbayarkan hingga tahun 2019 akan menyebabkan pabrik menjadi tutup.

Masukan atau pun kritikan yang konstruktif tentunya adalah vitamin bagi pemerintah. Sekali pun pahit, ia nyata-nyata dapat memberikan kesehatan pada tubuh yang terserang penyakit. Jadi, pemerintah tak perlu malu dan gengsi. Toh, balsem dan BLT era SBY yang dulu dihina dan dianggap tak mendidik kini juga diterapkan oleh pemerintahan Jokowi.

Saya khawatir, pernyataan Jokowi yang mempertanyakan return dari kebijakan subsidi pupuk ini justru mengarah pada pencabutan subsidi pupuk dan dialihkan dengan program kompensasi. Bayangkan, di saat situasi Covid-19, bansos menjadi bancakan dan lambannya realisasi anggaran Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (PCPEN). Apakah kompensasi; Rp 33 triliun merujuk anggaran kebijakan subsidi pupuk, bisa tepat sasaran dan tidak menjadi bancakan?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun