PALEMBANG "KOTA TERTUA" DI INDONESIA dan SEGUDANG JULUKAN HEBAT LAINNYA
Oleh : HG Sutan Adil
Belum banyak masyarakat yang tahu bahwa Kota Palembang merupakan "Kota Tertua" di Indonesia yang sudah berusia 1340 tahun, per tanggal 17 Juni 2023 Â ini. Hal ini dapat dilihat di buku berjudul "Asal-usul kota-kota di Indonesia Tempo Doeloe" tulisan Zaenudin HM, seorang Jurnalis Senior Rakyat Merdeka Group (Holding Jawa Pos Group). Baru disusul oleh Kota Salatiga, Kota Kediri, dan kota lain di Indonesia selanjutnya.
Tanggal pendirian Kota Palembang ini juga adalah hasil musyawarah lembaga terkait dan telah ditetapkan dengan Surat Keputusan Walikota Palembang saat itu, Bp. RHA. A. Rifai Tjek Yan, dengan No. 57/UM/WK Tanggal 6 Mei 1972.
Penetapan hari jadi ini merujuk kepada Prasasti Kedukan Bukit yang berangka tahun 682 M, yang diperkirakan merupakan peninggalan Kedatuan Sriwijaya. Prasasti itu dianggap sebagai monumen proklamasi tentang pendirian Ibukota Kedatuan Sriwijaya di sebuah wilayah yang sekarang dikenal dengan Kota Palembang.
Dalam perkembangannya, Kota Palembang menjadi saksi kejayaan dan keruntuhan berbagai peradaban besar, mulai masa Kejayaan Kedatuan Sriwijaya, Kekuasaaan Demang Lebar Daun, kebesaran Kerajaan Palembang yang mulai membesarkan agama islam, Â hingga Kesultanan Palembang Darussalam yang bercorak pemerintahan Islam.
Kota Palembang juga merupakan salah satu "Kota Pusaka" di Indonesia, hal ini disebabkan karena kota Palembang banyak diketemukan prasasti peninggalan atau situs kuno yang diperkirakan peninggalan zaman Kedatuan Sriwijaya maupun peninggalan sejarah yang sudah dapat dipastikan ada pada zaman Kerajaan dan Kesultanan Palembang Darusalam yang tersebar di beberapa titik dalam Kota Palembang dan sekitarkan.
Selain sebagai Kota Tertua dan menjadi Kota Pusaka, Palembang juga sering disebut sebagai "Venice from east" atau Venesia dari Timur, ini dikarenakan Palembang banyak memiliki sungai besar dan kecil serta daerah yang sebagian besar wilayahnya juga dipenuhi dengan rawa rawa. Dengan dasar inilah sehingga pada tahun 2005, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mencanangkan Kota Palembang sebagai "Kota Wisata Air" atau "City of Water Tour".
Pencanangan Kota Wisata Air ini dapat dibuktikan dengan keberadaan banyak sungai besar dan ratusan anak sungai yang sejak dulu mengaliri wilayah Palembang dan sekitarnya, sehingga Palembang sering juga disebut sebagai negeri "Batang Hari Sembilan", karna ada sekitar 9 (Sembilan) sungai besar yang berhilir disekitar Palembang, yaitu ; Sungai Musi, Sungai Ogan, Sungai Kemering, Sungai Lematang, Sungai Lakitan, Sungai Kelingi, Sungai Bliti, Sungai Rawas, dan  Sungai Batanghari Leko, serta banyak lagi sungai kecil lainnya yang mengelilingi Kota Palembang.
Kota Palembang memiliki sederet julukan lainnya, seperti lantaran dikelilingi oleh sekitar 117 sungai, akhirnya di masa kolonial Belanda, orang Belanda menjuluki Palembang sebagai "De Stad der Twintig Eilanden" atau Kota Dua Puluh Pulau. Julukan lainnya, "Indische Venetie" (Venesia dari Hindia) dan "De Stad des Vredes" (Kota Damai) yang tampaknya menginspirasi  jargon kota Palembang saat ini yaitu  Palembang Darussalam, yaitu negeri yang Aman, Damai dan Sejahtera.
Asal kata Palembang sendiri diyakini dari nenek moyang masyarakat palembang adalah berasal dari dua kata dalam Bahasa Melayu, yaitu "Pa" dan "Limbang". Pa merujuk pada sebuah tempat atau keadaan, sedangkan Limbang merujuk pada kegiatan melimbang atau mengayak untuk memisahkan sesuatu benda dengan sumbernya. Kegiatan mengayak ini merupakan pekerjaan khas penduduk anak sungai musi, yaitu sungai tatang dalam melimbang emas. Lembang juga bisa diartikan sebagai rawa-rawa, Sehingga Palembang itu sendiri bisa diartikan sebagai suatu tempat yang digenangi oleh air atau berawa2.
Dengan begitu banyaknya julukan yang disematkan kepada Kota Palembang ini, maka sudah selayaknya Palembang juga harus serius dalam mengembangkan Wisata Air dan Wisata Sejarah, disamping Wisata Kuliner yang memang sudah terkenal.
Apalagi dengan julukan "Kota Tertua" di Indonesia ini, maka pemerintah dan perencana pembangunan di kota Palembang bisa lebih serius lagi membangun Kota Pusaka ini dan mengelola Cagar Budaya agar  dapatlah tercapai sistem manajerial perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi yang baik berkaitan dengan pelindungan, pengembangan dan pemanfaatan cagar budaya sebagai sumber daya budaya bagi kepentingan yang luas.
DIRGAHAYU KE-1340 KOTA PALEMBANG DARUSSALAM
*)Â Penulis adalah Pemerhati dan Peneliti Sejarah dari Sutanadil Institute
Bogor, 14 Juni 2023
Blog     :  https://www.kompasiana.com/sutanadilinstitute9042
Email    :  gustav.acommerce98@gmail.com
FB Â Â Â Â Â : Â https://www.facebook.com/sutan.adil
Youtube : Â https://www.youtube.com/@truebackhistoryofficial4204
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H