Mohon tunggu...
susilo ahmadi
susilo ahmadi Mohon Tunggu... Wiraswasta - sekedar menyalur hobi menulis

cuma orang biasa aja

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Pengalaman Usai Mendapatkan Vaksin Moderna II: Makin Nampol KIPI-nya!

25 Oktober 2021   06:57 Diperbarui: 25 Oktober 2021   06:59 99
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Setelah sebulan mendapatkan vaksin Moderna I, hari Jumat pagi kemarin tibalah saat mendapatkan vaksin Moderna II di rumah sakit Paru-paru, Jember. Sebelumnya saya sudah banyak membaca pengalaman sejumlah orang yang mengatakan jika KIPI (kejadian ikutan pasca imunisasi) vaksin kedua biasanya lebih nampol dibandingkan yang pertama walaupun ada yang mengatakan sebaliknya. 

Nah, saya tak tahu pasti akan masuk di kelompok yang mana. Akhirnya pukul 9.00 saya menerima suntikan vaksin II Moderna. Saya hanya berpikir paling juga KIPI-nya akan kurang lebih sama dengan yang pertama dulu. Akan tetapi ternyata saya salah besar!

Berhubung masih pukul 9 maka istri mengajak saya jalan-jalan ke sebuah pusat perbelanjaan karena memang sejak awal pandemi 2020 kami sudah tidak pernah menyambangi tempat-tempat keramaian lagi. Pemandangan jauh berbeda yang saya temukan jika dibandingkan sebelum pandemi. Yang pertama udah pasti harus masuk pakai aplikasi Pedulilindungi. Syukurlah saya sudah lama install jadi sudah siap. 

Saya masuk dari pintu utara dan langsung scan kode QR yang ada di depan pak SATPAM. 

Eh, gak tahu kenapa kok aplikasinya force close melulu sampai-sampai pak SATPAMnya mempersilahkan saya masuk begitu saja. Setelah itu saya scan lagi suhu tubuh dan normal (hijau).  Sungguh kasihan buat mereka yang tidak memiliki aplikasi Pedulilindungi karena tertahan di pintu masuk. Pilihan mereka cuma install dan sudah divaksin atau tidak diperbolehkan masuk. 

Dengan aplikasi itu saya juga bisa melihat tingkat keramaiannya. Saat itu hanya terdapat sekitar 450 orang. Saya melihat pengunjung yang biasanya berjubelan di lorong-lorong kini tampak lengang. Ada tanda distancing sehingga saya tidak bisa jalan seenaknya. Semua orang tertib mengenakan masker.  Baguslah saya suka sekali. Jauh sekali situasinya dibandingkan Maret 2020 ketika terakhir saya datang kesitu.

Usai mengantarkan istri belanja saya melangkahkan kaki keluar gedung buat melaksanakan shalat Jumat di masjid terdekat. Ketika sedang mendengarkan kutbah Jumat saya merasa mulai kurang nyaman. 

Saya pegang kepala agak hangat dan berkeringat. Lho kok cepat banget datangnya si KIPI ini? Saya pikir paling tidak akan sama seperti dulu, menunggu 24 jam dulu baru terasa demamnya. Usai shalat Jumat pukul 12.00 saya kembali masuk ke dalam gedung pusat perbelanjaan lewat pintu selatan. Saya sekali lagi scan pakai aplikasi Pedulilindungi dan lagi-lagi force close. 

Sepertinya kamera harus diaktifkan beberapa detik jelang scan. Kalau terlalu lama dia akan force close. Setelah sukses check ini dengan warna hijau yang berarti sudah 2 kali di-vaksin saya mulai cek suhu tubuh dan hasilnya jreng-jreng 37.7. 

Alarm termometer pun berbunyi berisik dan muncul LED warna merah. Waduh gagal deh tapi saya lihat pak Satpamnya terlalu sibuk dengan pengunjung lain sehingga tidak memperhatikan saya dan untungnya juga ada pengunjung di samping saya yang buru-buru melakukan scan sehingga suara berisik alarm cuma beberapa detik aja tidak terlalu menarik perhatian hehe...

Setelah kejadian itu saya buru-buru mengajak istri pulang. Anehnya istri belum merasakan gejala apapun. Sepanjang jalan saya merasakan haus luar biasa pertanda suhu tubuh memang naik terus. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun