Mohon tunggu...
Susanto
Susanto Mohon Tunggu... Guru - Seorang pendidik, ayah empat orang anak.

Tergerak, bergerak, menggerakkan. Belajar terus dan terus belajar menulis.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Galau Hati Arini

31 Januari 2025   08:49 Diperbarui: 31 Januari 2025   08:49 38
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Laki-laki lajang sesuai namanya itu balik menggoda. 

"Sebetulnya tidak manis-manis amat, lo. Bu Arini saja yang kelewat manis, terus menetes ke dalam teh di gelasku, ha ha ha. Lagian, gelas sudah ada nama masing-masing, masih juga ambil gelas orang," ledek Joko, guru PJOK yang berbadan atletis itu. 

Emosi yang mendera jiwa Arini membuatnya salah tingkah hari itu. Mata Arini segera melirik ke arah layar ponsel pintarnya. Ada notifikasi aplikasi milik Meta itu bahwa ada pesan masuk. 

Benar saja, Pak Eko membalas curhatan Arini.

Iya, Mbak, kolaborasi. Mengkolaborasikan ide hasil diskusi kalian dengan anak-anak agar pembelajaran berdasarkan kebutuhan anak terpenuhi dan kamu tidak kehilangan muka di depan anak-anak. Tetapi juga kamu tidak dicap sebagai guru yang banyak cakap dan suka membangkang. Nanti, pada akhir tahun, curi kesempatan untuk menjelaskan kepada semuanya, rekan guru maupun kepada kepala sekolah.

Arini tertegun membaca balasan temannya itu. 

Pada awal semester ini Arini sudah menyiapkan tema yang sejalan dengan yang ditetapkan sekolah. Akan tetapi bentuk kegiatan yang ia lakukan dengan murid-muridnya di kelas lima adalah kampanye sederhana untuk memecahkan isu lingkungan,yang sering mereka temui yakni banjir. Banjir itu akibat sungai yang berada di dekat sekolah mereka dipenuhi sampah rumah tangga yang dibuang sembarangan. Ia dan murid-muridnya pun sudah melalui tahap pengenalan dan kontekstualisasi, yakni menggali permasalahan di lingkungan sekitar yang terkait dengan topik pembahasan.

Di sinilah ia mulai galau dengan rencana yang sudah tersusun bersama anak-anak dan perintah kepala sekolah untuk membuat proyek ecoprint. Arini bimbang, harus memilih salah satu atau harus mengintegrasikan keduanya seperti saran Pak Eko.

Arini membaca kembali pesan WA Pak Eko di gawainya. Arini membayangkan seperti apa bentuk integrasi yang disarankan temannya yang berada jauh di seberang pulau itu. 

"Aha ...!"

Selarik ide pun akhirnya berkelebat dalam benaknya. Ia datang bagai celorot cahaya di tengah kegelapan. Ia menutup ponselnya, lalu mengambil selembar kertas dan mulailah mencoret-coret dengan draf integrasi rencana proyeknya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun