Mohon tunggu...
Susanto
Susanto Mohon Tunggu... Guru - Seorang pendidik, ayah empat orang anak.

Tergerak, bergerak, menggerakkan. Belajar terus dan terus belajar menulis.

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Gulai Umbut Sawit, Teman Makan di Hajatan Teman

15 Desember 2024   17:03 Diperbarui: 15 Desember 2024   17:03 66
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Umbut Sawit (Sumber: perstoday.com)

Hari Minggu pagi, suasana di desaku sangat cerah, membuatku hidup lebih bersemangat. Pengumuman dari PLN bahwa akan ada pemadaman listrik pukul 09.00 hingga 12.00 WIB aku manfaatkan dengan mengetik dan memindahkan berkas.

Pukul 09.15 pemadaman yang diberitahukan PLN terjadi. Laptop aku padamkan. Aku pergi mandi dan bersiap berangkat ke rumah kawan yang jaraknya 33 kilometer dari rumah. Lumayan jauh. Makanya, pukul 10.30 menjadi batas kompromi keberangkatan.

Si Bungsu dan emaknya sudah siap. Si Bungsu aku ajak agar ia menggantikanku menyetir mobil ketika pulang. Setidaknya, agar ia hapal jalan yang akan dilalui. Maklum, belum ada sebulan memegang setir kendaraan roda empat itu. 

Pukul setengah sebelas siang kami berangkat. Dua pertiga perjalanan kami  tempuh melewati jalan provinsi yang menghubungkan Tugumulyo dan Jalan Lintas Sumatera. 

Lebih kurang tiga perempat jam, kami sampai ke lokasi. Rumah teman kami berdampingan dengan gedung sekolah tempat ia mengajar. Sebuah tarub besar berdiri gagah di sisi kanan rumahnya. Di luar pagar berdiri semacam tenda untuk mengolah makanan. Banyak tumpukan kayu bakar terlihat di sana. Tungku-tungku pun terasa hidup dengan obaran api dari kayu karet yang menjadi bahan bakarnya. Lalu, juru tanak dengan sigap menuangkan nasi ke dalam termos nasi ukuran besar. 

Tuan rumah menyabut kami dengan ramah. Pak Yani, guru olahraga yang aku kenal ketika bersama-sama di Kecamatan Selangit, Musi Rawas menuambut dan menyalami. Kami duduk di antara para saudara dan koleganya. 

Sebenarnya, hari "H" masih dua hari lagi. Hari Senin disebut "Hari Bermasak" adalah waktunya para ibu melanjutkan memasak untuk membuat hidangan yang akan disantap pada hari hajatan. Hari Selasa adalah hari resepsi ngunduh mantu yang digelar Pak Yani. 

Namun, karena ada beberapa pekerjaan yang harus dikerjakan dan selesai pada hari Senin dan Selasa, membuatku datang pada hari Minggu.

"Maaf, Lur. Hari Senin dan Selasa ada beberapa pekerjaan yang harus aku selesaikan. Takutnya, ke sini tidak kebagian waktu lagi," kataku kepada Pak Yani beralasan.

Setelah mengobrol sejenak, kami disuguhi minuman dan makanan ringan. Tidak lama kemudian, makan siang pun dihidangkan. Di antara berbagai sajian, ada satu hidangan yang menarik perhatian: gulai umbut sawit. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun