Lebih dari empat bulan, mesin cuci keluarga Eko rusak. Demi meringankan pekerjaan istrinya, pagi-pagi atau malam hari, Pak Eko membantu mencuci.
Bukan tidak mau mempekerjakan ART. Selain belum mempunyai uang berlebih, ia ingin menggerakkan badannya.Â
"Hitung-hitung olahraga," kilahnya.
Tukang servis yang sudah datang ke rumah, ditunggu tidak datang-datang juga.
"Bu, tukang servis yang tempo hari ke rumah apa nggak mau nyervis, ya?" tanya Pak Eko suatu ketika.
"Nggak tahu, Yah. Janjinya kalau ia sempat akan mengambil ke rumah'' jawab perempuan paruh baya itu pendek.
Empat bulan ini, mencuci menjadi rutinitas Pak Eko setiap pagi sebelum mandi. Kadang ia kerjakan pada malam hari, menjelang tidur atau sesudah salat Isya.
Untuk menambah semangat, ia mencuci sambil memasang alat pendengar yang tersambung melalui saluran bluetooth dengan ponselnya.
Lagu-lagu klasik hingga kekinian menemani Pak Eko menyikat baju-baju kotor miliknya, pakaian istrinya, maupun baju seragam sekolah si anak bungsunya yang belum juga mau mencuci sendiri baju-bajunya.
Ketimbang bertengkar dengan sang istri, Pak Eko mengalah mencucikan. Imbalannya, sang bungsu akan menurut jika dimintai tolong. Memijat bahu, punggung, hingga kaki ayahnya. Atau dimintai tolong ke warung dan pekrjaan ini itu termasuk memasukkan motor ke dalam rumah.