"Ya, hati-hati! Aku juga sesudan pasang panci ini, berangkat," jawab guru paruh baya itu.
"Dak!" Terdengar suara tutup panci elektrik beradu dengan badan panci.
Alat penanak nasi elektrik ditutup, Guru Eko bergegas menuju motor. Setelah mengunci pintu, ia pun memacu motor yang sudah hampir tiga kali ganti STNK itu meninggalkan halaman rumahnya.
Suasana di sekolah amat menyenangkan. Anak-anak baru di kelasnya sangat bersemangat. Hari itu, Guru Eko belum memberikan pelajaran. Ia ingin menjajagi minat dan mencari tahu data anak.Â
"Hitung-hitung asesmen diagnostik nonkognitiflah," gumamnya dalam hati.
Guru Eko meminta muridnya di kelas enam menulis nama dan identitas lainnya, termasuk kegemaran, cara belajar yang paling nyaman, dan harapan kepada gurunya.
Kegiatan itu berlansgung cukup lama dan sang guru memberinya waktu senyaman mungkin. bahkan boleh dilanjutkan setelah istirahat pertama.
Menjelang bel pulang, ponselnya berdenting. Ia mendapat pesan WA.
Mas, belilah nasi dan lauk yang disukai. Kamu nanak nasi tidak dikasih air, kering. Aku pulang lebih awal, badanku tidak karuan.
"Bu, istriku sakit. AKu pulang duluan, ya!"Â
Guru Eko bergegas pulang. Terbayang nasi pulen yang gagal akibat lupa memberi air.Â