"Pak Eko, rekam, Pak!" teriak Adit meminta saya merekam tingkahnya. Saya hanya tersenyum. Sementara si Adit masih berusaha melucu dengan berjalan mundur sambil memainkan tali timba yang terbuat dari bekas ban mobil. Tali itulah yang dikatakannya sebagai ular sawah. Ketika ia mundur, tumitnya terantuk pada batang ubi kayu.
"Byur ...!"Â
Terdengah debur air tertimpa badan Adit. Akibat tidak berhasil menjaga keseimbangan badan, Adit tercebur ke saluran air di sawah.
"Ha ha ha ... ha ha ha ...! Anak-anak mentertawakan Adit yang tercebur ke dalam saluran air di sebelah kiri pematang. Meskipun tidak dalam, air di saluran itu lebih dari cukup untuk membasahi baju dan badan Adit.
Adit yang ditertawakan teman-teman dan adik kelasnya hanya cengar-cengir. Badan basah dan rasa malu membuatnya hanya tersenyum kecut.Â
Saya berlari ke arahnya untuk bermaksud membantu. Akan tetapi, Adit sudah bisa berdiri dan naik ke darat. Kaos dan celana trainingnya basah kuyup.
"Maaf, Pak. Jangan direkan yo, Pak," pintanya.
"Ya, sudah nggak papa. Tahan 'kan berbasah-basah?" kata saya menanggapi permintaan maafnya.
"Sedikit lagi. Di tepi kebun karet kita berhenti untuk menikmati bekal yang kita bawa. Saya yakin, kalian mulai lapar," teriak bu Lisa dari depan mengingatkan.
Anak-anak pun menepi dan mencari tempat teduh yang nyaman. Mereka membuka bekal dan mencuci tangan dengan air minum yang mereka bawa. Sementara, Adit sibuk mengeringkan baju dan celananya.
Musi Rawas, 7 Maei 2023
PakDSus