"Tapi, Pak," kata Bu Lisa, "kalender di rumahku tidak merah, lo!"
Ketika para guru asyik membahas tanggal enam yang berwarna merah pada kalender, hape Bu Maria berdenting.
"Ada WA dari Pak Rahmat, Pak! Isinya surat edaran dari Dinas bahwa tanggal 6 Mei bukan libur, melainkan masih tetap melaksanakan pembelajaran!" serunya. Pak Rahmat adalah kepala sekolah kami yang pada hari itu berhalangan datang karena ada saudaranya yang sedang hajatan.
Para guru pun melihat hape masing-masing. Surat edaran itu dibagikan di grup. Jadi, setiap orang bisa membuka dan membacanya. Berbekal surat yang dibagikan kepala sekolah, para guru mengumumkannya di kelas.Â
"Anak-anak, jangan lupa besok memakai baju seragam olahraga. Senam pagi!" kata saya setelah membacakan surat edaran dari Dinas.
Koor kekecewaan anak-anak pun menggema.Â
Pada akhir pelajaran, saya memberi perintah.
"O, ya. Besok setiap anak membawa bekal nasi dari rumah, ya! Pada waktu istirahat kita makan bersama."Â
Jelajah Dusun yang Tidak Terencana
Keesokan harinya, pada Sabtu pagi anak-anak berbaris di halaman sekolah. Pak Medi, guru Penjas memimpin mereka. Ia memberi penjelasan dan aba-aba. Musik senam pun dibunyikan. Beberapa siswa diminta memberi contoh di hadapan teman-temannya. Musik senam pagi yang rancak membuat anak-anak dan para guru bersemangat bergerak. Setelah selesai, anak-anak beristirahat sebentar.
Baru saja saya duduk, Bu Lisa, guru kelas lima bertanya.
"Apa iya, Pak. Hari ini mau jalan-jalan keliling dusun? Anak-anak membawa bekal. Katanya disuruh Pak Eko?"Â