Mohon tunggu...
Susanto
Susanto Mohon Tunggu... Guru - Seorang pendidik, ayah empat orang anak.

Tergerak, bergerak, menggerakkan. Belajar terus dan terus belajar menulis.

Selanjutnya

Tutup

Tradisi Pilihan

Bulan Ramadan Bulan yang Membahagiakan Anak-Anak

2 April 2023   23:34 Diperbarui: 2 April 2023   23:57 1078
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dok. Pribadi by Canva for Education

Setelah selesai kultum, kami melaksanakan salat Tarawih. Ada delapan rakaat ditambah tiga rakaat salat Witir. Setiap empat rakaat ditutup dengan salam. Selesai salat tarawih kami membaca doa dan melafazkan niat berpuasa bersama-sama. Selesai melafazkan niat, tiba waktu yang ditunggu-tunggu. Jaburan! Penganan ringan dibungkus dengan plastik gula ukuran setengah kilo menjadi benda yang ditunggu anak-anak. Sesekali kami menerima jaburan dengan tertib. Namun, tidak jarang kami berebut karena tidak sabar. 

Asmara Subuh

Ini saya alami ketika sudah duduk di bangku sekolah menengah pertama. Debar-debar hati ketika melihat lawan jenis sudah mulai muncul. Bisa melihat anak yang disukai rasanya luar biasa. Apalagi jika bisa jalan bersama, walaupun tidak saling menyapa atau berkata-kata. 

Pada bulan puasa, setiap selesai salat Subuh, jamaah remaja sering jalan-jalan dahulu keliling kampung. Kadang, rute yang dilalui hingga beberapa kilometer. Pada saat itulah kami berkelompok bersuka ria berjalan sambil menggulung kain sarung. Para gadis remaja pun demikian. Mereka menenteng tas kecil berisi sajadah dan mukena roknya. Mukena bagian atas tetap ia pakai. Tidak sedikit juga yang membuka pakaian salat dan memakai blus yang dipadu dengan celana kulot.

Saat itulah pandangan ditujukan kepada mereka. Agar tidak ketahuan, kami berjalan sambil memainkan sarung. Kadang membentuknya seperti ekor biawak, diputar-putar di udara, atau sambil berjalan membentuk sarung menjadi seperti kurungan ayam. Jika ada yang terkesan, hati kami sangat riang.

Petasan dan Mercon Bambu

Bulan puasa identik dengan bunyi petasan. Meskipun dilarang, larangan membunyikan petasan cukup lunak. Sebab, petasan yang dibuat dari busi sepeda motor, pentil sepeda ontel, meriam bambu, meriam tanah berbahan bakar karbit, jarang dirazia. Entah mengapa, bunyi-bunyian mirip senjata tentara dan polisi sangat disenangi. Hmm, tapi memang, saat itu profesi warga sebagai tentara dan polisi adalah profesi yang amat disegani.

Mercon itu kami bunyikan menjelang berbuka dan pada waktu subuh. Kami tidak bermain sendiri-sendiri. Bermain yang menyenangkan adalah bermain bersama. Berlomba membunyikan meriam bambu dan meriam karbit dengan menggali tanah adalah permainan menyenangkan.

Bulan Ramadan adalah Bulan yang Menyenangkan bagi Anak-anak

Meskipun berlapar-lapar dan menahan haus, puasa yang kami lewati tanpa gadget sedikit pun membawa kegembiraan bagi kami, anak-anak era 80-an. Kegembiraan mencapai puncak ketika Bapak atau Mamak membelikan baju baru untuk lebaran. Meskpiun baju itu berupa baju seragam sekolah, merah putih atau baju pramuka.

Salam,
PakDSus

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Tradisi Selengkapnya
Lihat Tradisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun