Mohon tunggu...
Susanto
Susanto Mohon Tunggu... Guru - Seorang pendidik, ayah empat orang anak.

Tergerak, bergerak, menggerakkan. Belajar terus dan terus belajar menulis.

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Mbungkus Makanan? Ayah Bikin Malu, Ah!

15 Maret 2023   23:35 Diperbarui: 16 Maret 2023   00:20 547
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Bapak mau makan di sofa, bagian tengah, atau di taman belakang?" sang pelayan memberikan pilihan.

"Hmm ... di sini saja," jawab saya sambil menunjuk sofa yang masih kosong. Ruangan itu berada di bagian depan berhadapan dengan kasir dan dekat sekali dengan pintu keluar.

Sejurus kemudian, sang pelayan membawa daftar menu dan kertas pesanan ke meja kami.

"Silakan isi dengan memilih menu yang ada. Setelah selesai Bapak boleh panggil saya kembali," kata sang pelayan laki-laki dengan ramah. 

Ia memberikan lembar daftar menu dengan sikap menunduk. Saya suka. Demikianlah sikap jika melayani orang yang dihormati. Saya pun kerap melakukannya.

Kami pun memilih: nasi bakar dua porsi, udang tepung satu porsi, ayam kampung penyet bagian paha satu porsi, sayur asam satu mangkuk, cah kangkung satu porsi, green tea lemon hot satu gelas, dan jeruk hangat satu gelas. Setelah selesai, sang pelayan saya panggil dan kami diminta untuk menunggu sebentar. Tidak berapa lama, pesanan pun datang. Kami segera menikmati menu yang kami pilih.

Nasi bakar rendang pesanan saya terasa gurih. Dipadu dengan lauk udang tepung terasa sedap. Saya pun ikut menyeruput sayur asem agar mulut terasa segar. Selesai makan, udang goreng tepung sebesar telunjuk masih tersisa beberapa potong. Sayur asem yang menurutku jauh lebih sedap dari sayur asem yang biasa dimasak istri pun tidak habis. Perut tua yang dulu mampu menampung dua piring nasi beserta lauk dan sayurnya, sekarang terasa sangat penuh. 

Meskipun porsi yang kami pesan tidak berlebihan, akan tetapi karena perut tidak kompromi lagi, alhasil masih ada tersisa sayur asam 3/4 mangkuk dan udang goreng yang jika diuangkan masih beraji puluhan ribu rupiah. Sayang jika dihabiskan. Maksudnya, sayang jika dimasukkan ke dalam perut yang sudah kekenyangan. Takut tidak berkah. Demikian pula sayur asem yang lezat. Tetap tidak muat dan eman-eman jika ditinggal. 

"Bu, sisa makanan ini mau aku bungkus," kata saya kepada istri.

"Ish ... ayah. Bikin malu. Nggak Usah," jawab istri sambil berbisik.

"E, ... mbungkus makanan sekarang nggak tabu, lo," tukas saya meyakinkan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun