"Ada apa, Mas?" tanyaku kepada penjual bakso di pinggir jalan.
"Kecelakaan. Orang tua naik sepeda terserempet sepeda motor," imbuh penjual bakso. Rupanya suara ibu-ibu yang melengking adalah respon atas terjadinya kecelakaan yang menimpa seorang lelaki tua.
Terlihat beberapa orang mengangkat badan renta berbalut baju berbahan dril. Seperti seragam Legiun Veteran RI. Barang dagangan berupa tape singkong, opak, dan klanting goreng, berhamburan di jalan. Sepeda jengki yang tak kalah renta, tergolek lemah.
Melihat sepeda dan dagangan yang diangkutnya, aku teringat dengan Mbah Sarjito. Lelaki tua berusia lebih dari tujuh puluh tahun penjaja tape singkong dan opak.
"Mbah Sarjito," gumamku pelan.
"Bapak kenal dengan orang ini?" tanya seorang lelaki berpakaian seragam.
"Tidak. Tapi saya tahu nama orang ini dan rumahnya di desa Sitiharjo. Sekitar lima kilometer dari sini," jelasku.
"Tolong Bapak setopkan taksi, Mbah ini akan saya bawa ke puskesmas. Sepeda simbah biar saya titipkan di warung," kata saya meminta tolong seorang bapak untuk memanggil taksi. Taksi adalah istilah untuk "angdes", angkutan perdesaan bercat kuning.
"Bagaimana dengan barang dagangannya?" tanya yang lain.
"Jadikan satu saja di dalam tas yang tergantung di sepeda," jawabku.
Tidak lama kemudian, taksi kuning pun datang. Aku naik ke dalam taksi mendampingi Mbah Sarjito dan meminta sopir menuju ke Puskesamas. Tidak sampai dua kilo meter.