Pada saat itu juga saya menuntaskan kepenasaran dengan bertanya tentang makanan di kantin ini. Ada satu informasi yang membuat saya tercengang.
“Makanan yang tidak habis ini nanti dibuat pupuk kompos,” jelas Bianca. “Pupuknya dimanfaatkan untuk menyuburkan tanaman di sekitar pabrik dan juga dibagikan kepada masyarakat di sekitar perusahaan. Kalau beli pupuk di pinggir jalanan di dekat sini, bisa jadi pupuk itu berasal dari tempat kita.”
Wow, Sungguh menakjubkan! Bagi orang biasa, makanan sisa mungkin hanya jadi sampah basah, dibuang ke tempat sampah tanpa tahu nanti akan jadi seperti apa.
Namun, di TMMIN ini justru “makanan sisa” dimanfaatkan untuk lebih memberi keuntungan bagi lingkungan alam dan juga lingkungan manusia sebagai makhluk sosial di sekitarnya. Pastinya, siapapun yang menghirup oksigen dari tanaman ini juga merasakan manfaatnya secara langsung ataupun tidak langsung.
Untuk lebih meyakinkan, sore hari ketika ada kegiatan futsal antara tim karyawan PT. TMMIN dan tim Kompasianer, saya bertanya kepada seseorang mengenai pupuk hasil buatan karyawan di tempat ini.
“Memangnya tadi Neng tidak melihat yang mengambil sampah?” tanya petugas kebersihan yang sudah bekerja sejak tahun 2003. “Mereka memilah sampah, memisahkan jadi beberapa bagian.”
Saya menggeleng, “Tidak, Pak. Kami di sini hanya beberapa jam. Itu pun terbatas melihat ruangan tertentu saja.”
“Ruang pembuatan pupuk ada di belakang. Saya bisa mengajak ke sana, tapi harus minta izin dulu.”
Wow, aturan yang ketat tapi Bapak ini benar-benar loyal. Padahal bisa saja member tersebut langsung mengajak saya menunjukkan tempatnya. Tetapi, ternyata tidak. Bapak tersebut benar-benar mematuhi aturan.
2. Kata-kata Positif dan Hubungannya dengan Cinta Damai
Begitu memasuki ruangan produksi, tim #KompasianaVisit menyempatkan berpose bersama. Dari spanduk sudah terlihat banyak kata-kata positif, atau teman saya biasa menyebutnya “wisdom words”.