Mohon tunggu...
Susan Dewi Kurniawati
Susan Dewi Kurniawati Mohon Tunggu... Perawat - Postgraduate Programs IKM UI 2024

I'm a nurse who likes sharing about my experience 🤩💫

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

What I Learned About Strategic Leadership and Systems Thinking

26 Desember 2024   09:55 Diperbarui: 26 Desember 2024   09:56 36
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Learning Journey (Sumber: dokumentasi pribadi)

Semua orang adalah pemimpin…


Leadership atau kepemimpinan awalnya sesuatu yang abstrak dalam pikiran saya. Leadership mungkin dimiliki setiap individu namun dengan cara atau model yang berbeda-beda. Pemimpin adalah orang yang menduduki jabatan atau posisi tertentu, namun apakah mereka merupakan sosok pemimpin dengan leadership yang ideal? Jawabannya belum tentu. Ideal bagi setiap orang bersifat subjektif, jadi belum ada takaran yang pasti untuk mengukur kepemimpinan yang ideal. Belajar tentang kepemimpinan merupakan suatu hal yang baru bagi saya, karena sebelumnya saya hanya tau secara praktiknya namun belum secara teori. Mata kuliah Kepemimpinan Strategis dan Berpikir Sistem menjadi media untuk memahami kepemimpinan secara utuh bagi saya.

Semua orang terlahir sebagai pemimpin, sederhananya pemimpin bagi dirinya sendiri. Sebelum menjadi pemimpin untuk orang lain, idealnya kita dapat memimpin diri sendiri. Kepemimpinan dibentuk dengan mulai menciptakan value dari diri sendiri dan menjadi individu yang efektif untuk dapat mencapai kesuksesan dalam berbagai aspek kehidupan baik pribadi maupun kehidupan profesional. Seorang pemimpin dengan jiwa kepemimpinan yang hebat akan menghasilkan pemimpin yang baru karena ia mendukung orang lain untuk maju dan sukses. Individu yang efektif ini akan menuntun organisasinya menjadi hebat dikemudian hari. Sebagai mahasiswa saya fokus untuk dapat mengembangkan kapasitas dalam kepemimpinan dengan tetap melakukan pengelolaan diri dan meningkatkan kemampuan kolaborasi yang efektif dengan orang lain. Saya mendapatkan pengalaman belajar yang begitu membekas dibenak saya untuk bekal dikemudian hari.

Awal sesi perkuliahan saya belajar berbagai jenis gaya kepemimpinan dan penerapannya secara kontekstual. Adapun seorang pemimpin harus memiliki kemampuan untuk memotivasi, menginspirasi, dan mampu membangun suatu hubungan yang produktif. Adapun untuk dapat membiasakan diri agar menjadi seseorang yang produktif, saya membaca buku Stephen R. Covey yang berjudul The 7 Habits of Highly Effective People. Dalam buku ini dijelaskan pentingnya untuk membiasakan diri menjadi pribadi yang efektif dan profesional. Berikut ini 7 kebiasaan yang dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari:

1. Kebiasaan pertama: Be Proactive

     Menjadi individu yang proaktif dengan mengambil tanggung jawab terhadap diri sendiri. Berfokus hanya pada sesuatu yang dapat dikontrol, dan jangan biarkan orang lain mengontrol tindakan dan emosi kita. Menjaga perilaku dan sikap agar tetap objektif dan hindari sikap yang reaktif berdasarkan suasana hati atau terpengaruh keadaan luar. Sebagai tenaga kesehatan masyarakat saya dapat mengambil inisiatif untuk berkontribusi dalam penyusunan kebijakan operasional layanan kesehatan kedepannya.


2. Kebiasaan kedua: Begin with the End in Mind

     Menentukan visi yang jelas bagi diri sendiri baik visi jangka pendek maupun jangka panjang. Visi tersebut menjadi pedoman dalam mengambil keputusan dan tindakan kedepannya agar tetap sejalan. Dalam konteks pelayanan kesehatan kita dapat berfokus pada tujuan jangka panjang misalnya meningkatkan kualitas layanan kesehatan dan keselamatan pasien.  


3. Kebiasaan ketiga: Put First Things First

     Membiasakan diri untuk menentukan prioritas penting dalam hidup berdasarkan visi yang sudah ditentukan sebelumnya. Perlunya antisipasi terhadap sesuatu yang mendesak tetapi kurang penting yang dapat mengalihkan perhatian kita. Kita dapat melakukan pengelompokkan tugas berdasarkan tingkat urgensi dan kepentingannya. Berfokus pada tugas yang penting tetapi tidak mendesak. Dalam konteks pelayanan kesehatan kita dapat memprioritaskan tindakan berdasarkan kebutuhan dan kepentingan pasien.


4. Kebiasaan keempat: Think Win-Win

      Membiasakan saat menjalin hubungan dengan orang lain temukan solusi yang saling menguntungkan. Hindari pemikiran untuk kalah-menang atau menang-kalah. Kita dapat membina hubungan saling percaya satu sama lain, dan temukan cara untuk memenuhi kebutuhan kita tanpa harus mengorbankan orang lain. Kebiasaan ini dapat menjadi pedoman untuk membangun hubungan kerja yang saling menguntungkan antar sejawat profesi ataupun antar profesi.


5. Kebiasaan kelima: Seek First to Understand, Then to Be Understood

     Membiasakan untuk mendengarkan orang lain dengan empati sebelum kita menyampaikan ide ataupun pendapat diri sendiri. Sebagai mahasiswa, menjadi pendengar aktif dapat lebih mudah dilakukan sehari-hari. Namun bisa juga diterapkan dalam kehidupan pribadi. Kebiasaan ini menuntut kita untuk tidak menyela dan fokus pada lawan bicara. Gunakan bahasa yang mudah diterima dan pertanyaan klarifikasi apabila membutuhkan penjelasan lebih mendalam. Selain itu, kita dapat meningkatkan kemampuan komunikasi efektif dalam kesehatan dalam pemenuhan kebutuhan pasien ataupun hubungan interpersonal antar tenaga kesehatan.


6. Kebiasaan keenam: Synergize

     Membiasakan diri untuk berkolaborasi dengan orang lain, guna mencapai hasil yang lebih besar jika dibandingkan bekerja sendiri. Dimulai sejak saat ini hargailah adanya perbedaan antar individu di dalam sebuah kelompok, jadikan hal tersebut sebagai kekuatan untuk kedepannya. Adanya perbedaan tersebut dapat menjadi suatu perpektif baru sehingga tercipta solusi yang berkualitas. Kolaborasi tim kesehatan merupakan kebiasaan yang sudah dibentuk dalam layanan kesehatan.


7. Kebiasaan ketujuh: Sharpen the Saw

     Membiasakan diri untuk meningkatkan kemampuan dan melakukan pembaruan diri dalam empat aspek kehidupan antara lain kondisi fisik, mental, emosional, dan spiritualitas. Individu yang pribadinya terus berkembang akan menjadi seseorang yang efektif dengan didukung kondisi yang sehat dari keempat aspek tersebut. Tenaga kesehatan berperan untuk memberikan layanan kesehatan optimal untuk pasien, namun tidak mengurangi kewajiban terhadap diri sendiri untuk tetap sehat secara fisik, mental, emosional dan spiritual guna mendukung peran yang kompleks.

Tujuh kebiasaan tersebut dapat diterapkan baik dalam kehidupan pribadi maupun profesional karena sudah mencakup aspek pengelolaan diri, hubungan interpersonal dan keseimbangan hidup. Sebagai mahasiswa dengan latar belakang tenaga kesehatan, ketujuh kebiasaan ini secara implisit sudah saya terapkan setiap harinya dalam memberikan asuhan keperawatan kepada pasien. Seorang perawat yang bertanggung jawab bukan hanya untuk dirinya sendiri melainkan untuk orang lain. Memberikan asuhan keperawatan untuk mencapai kesembuhan pasien yang optimal dengan tetap menjaga patient safety, berkolaborasi dengan profesi tenaga kesehatan lain dan tetap menjaga kesehatan dan keselamatan sebagai tenaga kesehatan. Harapan kedepannya dapat terus menerapkan tujuh kebiasan ini dalam dunia perkuliahan, organisasi, maupun kehidupan pribadi agar dapat menjadi Individu yang efektif.

Terjadinya Sebuah Peristiwa Saling Terkait dan Memengaruhi…


Pemimpin dalam membawa organisasinya harus dapat memengaruhi anggota yang ada di dalamnya. Terdapat nilai-nilai pembelajaran yang diperlukan seorang pemimpin untuk menciptakan sebuah organisasi yang terus berkembang melalui sebuah pembelajaran. Konsep yang dikenalkan oleh Peter Senge dalam bukunya yang berjudul The Fifth Discipline: The Art and Practice of the Learning Organization terdiri dari lima disiplin, berikut penjelasan kelima disiplin tersebut:

1. Personal Mastery 

Didefinisikan sebagai individu yang berkomitmen untuk terus belajar sepanjang hayat dan mengembangkan diri, bertujuan untuk mencapai potensi penuh dari diri mereka. Dengan latar belakang seorang tenaga kesehatan, saya sudah mengambil janji untuk terus update ilmu pengetahuan dan berkomitmen untuk belajar agar dapat meningkatkan keterampilan dan kompetensi saya menghadapi kondisi pasien yang beragam dan lingkungan baru. Ilmu pengetahuan yang  terus maju dan berkembang ini menjadi sebuah tantangan kita kedepannya.


2. Mental Models 

didefinisikan sebagai asumsi, pola pikir atau keyakinan individu yang dapat memengaruhi cara mereka mengambil keputusan dan memahami dunia. Pada model ini individu harus mengenali asumsi pribadi mereka yang dapat membatasi pemikiran untuk maju. Mental model juga mengarahkan individu untuk dapat mengembangkan pola pikir yang terbuka dan fleksibel dengan kondisi yang baru. Kemajuan teknologi menuntut masyarakat saat ini untuk menerima dan mempelajarinya dalam sektor apapun sehingga masyarakat harus merubah cara pandangnya terhadap sebuah teknologi. Begitupun dengan sektor kesehatan, pengalaman bekerja sebelumnya membuat saya harus mengidentifikasi dan memperbarui pola pikir terkait pelayanan kesehatan yang bertujuan agar sesuai dengan praktik terbaik terkini. Kondisi dinamis dari pelayanan kesehatan saat ini, menuntut individu yang berada di dalamnya cepat beradaptasi dengan hal tersebut.  


3. Shared Vision

Didefinisikan sebagai kemampuan dari sebuah organisasi untuk menciptakan dan memelihara visi yang sudah dibuat dan dibagikan bersama oleh semua anggota. Visi bersama dari sebuah organisasi harus dapat menginspirasi individu didalamnya untuk menyelaraskan visi pribadi, sehingga mereka merasa memiliki visi tersebut dan berkontribusi untuk meraihnya. Sebuah organisasi layanan kesehatan harus mendorong anggota tim berbagi visi yang sama yaiti memiliki visi memberikan pelayanan berkualitas tinggi dan profesional.


4. Team Learning 

Didefinisikan sebagai proses pembelajaran kolektif antar anggota tim yang bekerja sama secara efektif. Dalam model ini harapannya semua anggota dapat mendengarkan, selalu berdiskusi dan menghargai adanya perbedaan pandangan dari semua anggota tim. Selama proses pembelajaran tersebut konflik pasti akan muncul sehingga dibutuhkan penyelesaikan secara konstruktif guna mencapai hasil yang lebih baik. Berdasarkan pengalaman sebelumnya menjadi sangat penting untuk berkomunikasi secara efektif dengan sejawat dan profesi lain karena kondisi pasien yang kompleks menjadi pressure tersendiri. Oleh karena itu dibutuhkan kesadaran dari masing-masing bahwa hasil yang optimal akan diperoleh bila kita berkolaborasi secara efektif dalam proses pemulihan pasien.  


5. System Thinking 

berkaitan dengan keempat disiplin sebelumnya dimana individu harus dapat mengintegrasikan dan memahami hubungan diantara berbagai elemen tersebut sebagai sebuah sistem secara keseluruhan. Disiplin ini menuntut kita melihat adanya pola dan hubungan dari sebuah kejadian, alih-alih hanya berfokus pada kejadian invidu. Identifikasi adanya leverage points (titik pengungkit) untuk menghasilkan adanya perubahan yang signifikan dalam sebuah sistem. Kebijakan yang dibuat dalam dunia kesehatan dapat memengaruhi kinerja sebuah organisasi dan orang-orang yang terlibat. Diperlukan kemampuan dalam melihat secara utuh dan tidak terpotong-potong sehingga keputusan strategis dapat diambil dengan mempertimbangkan dampaknya secara menyeluruh.

img-0378-676cc4fec925c4473511fae3.jpeg
img-0378-676cc4fec925c4473511fae3.jpeg
Penerapan dari lima disiplin dapat menciptakan sebuah organisasi yang adaptif, inovatif, dan mampu menghadapi tantangan yang kompleks. Kunci kesuksesan dari kepemimpinan dan organisasi yaitu terus tubuh dan berkembang melalui semua proses pembelajaran berkelanjutan. Penerapan prinsip 7 Habits of Highly Effective People dan Five Learning Disciplines menjadi landasan penting untuk meningkatkan efektivitas dan kepemimpinan di sektor kesehatan. Mata Kuliah Kepemimpinan Strategis dan Berpikir Sistem yang diampu oleh Prof. Dr. Ede Surya Darmawan, S.K.M., M.DM. memberikan banyak pembelajaran baru untuk bekal kedepannya. Besar harapan untuk menjadi seseorang yang lebih efektif, inovatif dan holistik. Dengan ilmu yang didapatkan di mata kuliah ini, saya berencana mengembangkan kemampuan diri untuk memengaruhi sistem kesehatan secara positif, menciptakan lingkungan kerja yang kolaboratif, dan mencapai tujuan strategis dalam pelayanan kesehatan. Hal ini tidak hanya meningkatkan kualitas layanan kesehatan tetapi juga membawa perubahan signifikan dalam sistem kesehatan yang lebih adaptif dan berkelanjutan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun