Mohon tunggu...
Suryono Brandoi Siringoringo
Suryono Brandoi Siringoringo Mohon Tunggu... Jurnalis -

Aku bukan seorang optimis yg naif yg mnghrapkan harapan-harapanku yg dkecewakan akan dpnuhi dan dpuaskan di masa dpan. Aku juga bukan seorang pesimis yg hdupnya getir, yg trus menerus brkata bhw masa lampau tlh mnunjukan bhw tdk ada sesuatu pun yg bru dbwah matahari. Aku hanya ingin tmpil sbg manusia yg membwa harapan. Aku hdup dgn kyakinan teguh bhw skrng aku bru mlhat pantulan lembut pd sbuah kaca, akan tetapi pd suatu hari aku akan brhdpan dgn masa dpn itu, muka dgn muka.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Sebuah Pengakuan

10 Januari 2015   20:32 Diperbarui: 17 Juni 2015   13:25 61
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dia mulai menceritakan semuanya pada Brian. Tentang tawa yang tidak bisa di lupakan.

Tentang bintang yang menjadi cerita, tentang cahaya yang menjadi teman, tentang rasa yang tak bisa di simpannya lagi lebih lama di hatinya. Hingga akhirnya Erna membuat pengakuan bahwa dia sangat menyayangi Brian.

"Iya, Brian aku menyayangimu" kata Erna terbata-bata. "Apa? Aku tidak mendengarnya."Kata Brian menggoda.

"Brian plisss..."

"Aku ingin mendengarnya sekali lagi" "Aku suka Brian" jawab Erna dengan sisa-sisa tenaga yang dimilikinya.

"Hahhahhahah... Baiklah, aku rasa kau sudah di tunggu oleh teman-temanmu, sebaiknya kau kembali." Kata Brian yang memang mungkin mendengar panggilan teman-teman Erna dari kejauhan.

"Tidak, aku ingin mendengar kau mengatakan sesuatu" kata Erna membantah.
"Erna, dengar aku juga suka padamu, tapi sebaiknya kau menemui teman-temanmu, jangan biarkan mereka menunggu." Jawab Brian.

Erna tersenyum kecil dan menutup telpon itu, jawabannya iya tapi Erna tidak puas dengan itu. Rasanya ada sesuatu yang seharusnya lebih dari itu. Rasanya ada sesuatu yang masih di sembunyikan oleh Brian. Tapi Erna tetap tidak menemukan jawaban apapun setelah itu. Dia, berdiri dan menatap kosong akan apa yang sedang di alaminya. Bahwa pengakuannya terlihat sia-sia. Bahwa bintangnya pun hilang setelah itu dan tidak ada apapun setelah itu. Dia kehilangan Brian dengan sebuah pengakuan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun