Dia mulai menceritakan semuanya pada Brian. Tentang tawa yang tidak bisa di lupakan.
Tentang bintang yang menjadi cerita, tentang cahaya yang menjadi teman, tentang rasa yang tak bisa di simpannya lagi lebih lama di hatinya. Hingga akhirnya Erna membuat pengakuan bahwa dia sangat menyayangi Brian.
"Iya, Brian aku menyayangimu" kata Erna terbata-bata. "Apa? Aku tidak mendengarnya."Kata Brian menggoda.
"Brian plisss..."
"Aku ingin mendengarnya sekali lagi" "Aku suka Brian" jawab Erna dengan sisa-sisa tenaga yang dimilikinya.
"Hahhahhahah... Baiklah, aku rasa kau sudah di tunggu oleh teman-temanmu, sebaiknya kau kembali." Kata Brian yang memang mungkin mendengar panggilan teman-teman Erna dari kejauhan.
"Tidak, aku ingin mendengar kau mengatakan sesuatu" kata Erna membantah.
"Erna, dengar aku juga suka padamu, tapi sebaiknya kau menemui teman-temanmu, jangan biarkan mereka menunggu." Jawab Brian.
Erna tersenyum kecil dan menutup telpon itu, jawabannya iya tapi Erna tidak puas dengan itu. Rasanya ada sesuatu yang seharusnya lebih dari itu. Rasanya ada sesuatu yang masih di sembunyikan oleh Brian. Tapi Erna tetap tidak menemukan jawaban apapun setelah itu. Dia, berdiri dan menatap kosong akan apa yang sedang di alaminya. Bahwa pengakuannya terlihat sia-sia. Bahwa bintangnya pun hilang setelah itu dan tidak ada apapun setelah itu. Dia kehilangan Brian dengan sebuah pengakuan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H