DESA #009
RISALAH PERTEMUANNGOBROL PAGI DI RUANG KOMUNITASTopik : Haruskah Dana Desa Membuat warga kehilangan Semangat Gotong Royong
Bersama Abdy Yuhana Sekjen PA GMNi penulis buku Rute Indonesia Raya
Hari/Tanggal: Senin: 27 Januari 2025
Pukul : 06:00 - 07:20 wib
Lokasi: Ruang zoom Komunitas Desa
Paparan Narasumber: Abdy Yuhana
1. Posisi dan Pentingnya Dana Desa
Percepatan Pembangunan:
Abdy menyoroti bahwa dana desa berperan besar dalam mempercepat pembangunan infrastruktur desa, seperti jalan, saluran irigasi, dan gedung balai desa. Contoh nyata adalah gedung balai desa yang kini menyerupai "istana" di beberapa daerah.
Namun, di sisi lain, ia juga mengingatkan adanya kesenjangan distribusi dana antar wilayah, terutama antara provinsi besar seperti Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur.Implikasi Positif:
Infrastruktur desa membaik secara signifikan. Dengan jumlah desa mencapai lebih dari 75.000 di Indonesia, sebagian besar kini memiliki akses jalan yang layak.
Dana desa juga membuka peluang percepatan akselerasi pembangunan di berbagai sektor.Implikasi Negatif:
Namun, penggunaan dana desa sering dianggap menggantikan peran masyarakat. Banyak warga yang mulai berpikir bahwa tanggung jawab pembangunan sepenuhnya adalah pemerintah desa karena sudah ada anggaran yang mencukupi.
2. Melemahnya Semangat Gotong Royong
Fenomena Polarisasi Politik:
Proses pengisian jabatan kepala desa kerap menyebabkan polarisasi di masyarakat, terutama antara pihak yang menang dan yang kalah dalam pilkades. Hal ini berdampak pada semangat kolektif untuk bekerja bersama.
Mereka yang tidak mendukung kepala desa terpilih sering cenderung menjadi oposisi dalam program pembangunan.Budaya Ketergantungan:
Abdy mencatat bahwa masyarakat semakin bergantung pada dana desa tanpa melihat kebutuhan untuk berkontribusi secara langsung. Hal ini menyebabkan lunturnya budaya swadaya, baik dalam bentuk tenaga maupun materi.Globalisasi dan Lunturnya Identitas Budaya:
Abdy juga menyinggung bahwa perkembangan teknologi dan globalisasi telah membuat masyarakat desa lebih menyerap budaya asing, sehingga nilai-nilai tradisional seperti gotong royong mulai memudar.
3. Solusi untuk Mempertahankan Gotong Royong
Regulasi:
Diperlukan revisi aturan terkait pengelolaan dana desa untuk memastikan gotong royong tetap menjadi bagian dari pembangunan desa. Hal ini dapat dilakukan dengan menetapkan persyaratan partisipasi masyarakat sebagai syarat pelaksanaan pembangunan.Rekayasa Sosial:
Menghidupkan kembali semangat gotong royong melalui rekayasa sosial, seperti pelibatan warga dalam kegiatan adat atau festival desa yang menuntut kontribusi aktif.
Abdy mencontohkan tradisi "petik laut" atau acara syukuran panen di desa-desa pesisir sebagai bentuk partisipasi yang dapat memperkuat kebersamaan.Peran Kementerian Desa:
Abdy menekankan perlunya Kementerian Desa untuk memulai kampanye nasional, dengan slogan seperti "Gotong Royong Membuat Desa Semakin Kuat," untuk menghidupkan kembali semangat kebersamaan di desa.Pendidikan Budaya:
Pendidikan yang memperkenalkan kembali pentingnya gotong royong sebagai inti dari Pancasila dan budaya nasional.
4. Ancaman Globalisasi dan Proxy War
Pengaruh Asing:
Abdy memperingatkan bahwa desa-desa harus waspada terhadap pengaruh asing, termasuk dalam sektor ekonomi, seperti investasi pada pom bensin mini di desa yang dikelola oleh perusahaan internasional, bukan oleh BUMN seperti Pertamina.
Ini bisa melemahkan kemandirian ekonomi desa dan membuka peluang eksploitasi oleh kekuatan global.Bahaya Lunturnya Nasionalisme:
Jika gotong royong terus melemah, ini bisa menjadi indikasi pelemahan rasa nasionalisme di Indonesia. Abdy mengaitkan isu ini dengan risiko besar dalam konteks ideologi dan eksploitasi global terhadap sumber daya Indonesia.
Diskusi dan Respon Moderator
- Suryokoco (Moderator):
Mengapresiasi paparan Abdy dan menghubungkannya dengan realitas di lapangan. Ia mencontohkan sebuah desa di Lampung di mana kepala desa menggunakan konten media sosial untuk membiayai pembangunan desa tanpa mengandalkan dana desa.
Ia juga menekankan pentingnya menjadikan ruang seperti "Ngobrol Pagi" sebagai platform untuk mencari solusi kreatif bagi masalah di desa.
Respon dari Peserta Diskusi
1. Panudi (Pendamping Desa, Sukoharjo):
Praktik Rekayasa Sosial di Desa:
Panudi memberikan contoh sukses rekayasa sosial di desanya, seperti acara "Grebeg Tempe" atau "Grebeg Penjalin." Warga secara sukarela berkontribusi dengan tenaga, uang, dan hasil karya mereka dalam acara tersebut, yang menghasilkan partisipasi luar biasa.
Partisipasi ini juga jauh melebihi bantuan anggaran dari pemerintah. Ia menyarankan pola serupa bisa diadopsi untuk memanfaatkan dana desa secara optimal sambil menjaga semangat gotong royong.Kritik terhadap Ketergantungan:
Ia mengingatkan bahwa model padat karya tunai desa seringkali kurang melibatkan kelompok miskin secara efektif. Rekayasa sosial perlu mengutamakan penguatan kelompok rentan, seperti memberikan beasiswa, layanan kesehatan, dan pemberdayaan ekonomi.
2. Akhmad Fourzan (Itong):
- Pengaruh Stratifikasi Sosial terhadap Gotong Royong:
Fourzan menyoroti bahwa praktek gotong royong di desa sering melibatkan kelas bawah sebagai tenaga kerja, sementara kelas menengah atau atas hanya mengambil peran kecil.
Ia mengusulkan agar rekayasa sosial juga menyasar penguatan masyarakat kelas bawah dalam perencanaan dan penganggaran di desa.
Kesimpulan Diskusi
Gotong Royong Sebagai Modal Sosial:
Gotong royong tetap menjadi inti dari kekuatan bangsa Indonesia. Meskipun teknologi dan globalisasi membawa perubahan, budaya ini harus terus dijaga.Dana Desa Sebagai Stimulan:
Dana desa bukan pengganti peran masyarakat, melainkan stimulan untuk memperkuat kebersamaan dan kebanggaan warga terhadap pembangunan desa.Rekomendasi Langkah Konkret:
- Kampanye nasional tentang gotong royong.
- Regulasi yang mendorong partisipasi masyarakat.
- Penguatan program-program berbasis komunitas.
- Pendidikan budaya dan tradisi gotong royong sejak usia dini.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI