Globalisasi dan Lunturnya Identitas Budaya:
Abdy juga menyinggung bahwa perkembangan teknologi dan globalisasi telah membuat masyarakat desa lebih menyerap budaya asing, sehingga nilai-nilai tradisional seperti gotong royong mulai memudar.
3. Solusi untuk Mempertahankan Gotong Royong
Regulasi:
Diperlukan revisi aturan terkait pengelolaan dana desa untuk memastikan gotong royong tetap menjadi bagian dari pembangunan desa. Hal ini dapat dilakukan dengan menetapkan persyaratan partisipasi masyarakat sebagai syarat pelaksanaan pembangunan.-
Rekayasa Sosial:
Menghidupkan kembali semangat gotong royong melalui rekayasa sosial, seperti pelibatan warga dalam kegiatan adat atau festival desa yang menuntut kontribusi aktif.
Abdy mencontohkan tradisi "petik laut" atau acara syukuran panen di desa-desa pesisir sebagai bentuk partisipasi yang dapat memperkuat kebersamaan. Peran Kementerian Desa:
Abdy menekankan perlunya Kementerian Desa untuk memulai kampanye nasional, dengan slogan seperti "Gotong Royong Membuat Desa Semakin Kuat," untuk menghidupkan kembali semangat kebersamaan di desa.Pendidikan Budaya:
Pendidikan yang memperkenalkan kembali pentingnya gotong royong sebagai inti dari Pancasila dan budaya nasional.
4. Ancaman Globalisasi dan Proxy War
Pengaruh Asing:
Abdy memperingatkan bahwa desa-desa harus waspada terhadap pengaruh asing, termasuk dalam sektor ekonomi, seperti investasi pada pom bensin mini di desa yang dikelola oleh perusahaan internasional, bukan oleh BUMN seperti Pertamina.
Ini bisa melemahkan kemandirian ekonomi desa dan membuka peluang eksploitasi oleh kekuatan global.Bahaya Lunturnya Nasionalisme:
Jika gotong royong terus melemah, ini bisa menjadi indikasi pelemahan rasa nasionalisme di Indonesia. Abdy mengaitkan isu ini dengan risiko besar dalam konteks ideologi dan eksploitasi global terhadap sumber daya Indonesia.
Diskusi dan Respon Moderator
- Suryokoco (Moderator):
Mengapresiasi paparan Abdy dan menghubungkannya dengan realitas di lapangan. Ia mencontohkan sebuah desa di Lampung di mana kepala desa menggunakan konten media sosial untuk membiayai pembangunan desa tanpa mengandalkan dana desa.
Ia juga menekankan pentingnya menjadikan ruang seperti "Ngobrol Pagi" sebagai platform untuk mencari solusi kreatif bagi masalah di desa.
Respon dari Peserta Diskusi