Perkembangan teknologi yang pesat pada saat ini terjadi di segala bidang termasuk bidang komunikasi. Perkembangan teknologi komunikasi tersebut sangat membantu manusia dalam mengembangkan hubungan dengan orang lain melalui komunikasi. Dalam konteks hubungan interpersonal, ketika kegiatan komunikasi dilakukan, bukan hanya terjadi penyampaian dan pertukaran pesan, akan tetapi ada aspek yang sering luput dari perhatian kita yang justru sangat penting untuk memperlancar dan membuat komunikasi menjadi berkualitas yaitu sikap mendengarkan secara aktif. Mendengarkan aktif adalah keterampilan penting dalam berkomunikasi yang melibatkan lebih dari sekedar mendengarkan kata-kata yang diucapkan (Lianawati, 2018). Ini melibatkan pemahaman mendalam terhadap pesan yang disampaikan, baik secara verbal maupun non-verbal.
Ketika kita mendengarkan secara aktif, kita benar-benar memberikan fokus kepada pembicara, berusaha memahami sudut pandangnya, serta menunjukkan minat dan empati terhadap apa yang mereka sampaikan. Hal tersebut berguna agar kita tidak salah dalam menafsirkan atau mengambil kesimpulan yang keliru dari pesan yang disampaikan oleh pembicara. Selain itu saat seseorang merasa didengarkan dan dipahami, mereka cenderung merasa dihargai dan dihormati sehingga bisa lebih terbuka dalam berkomunikasi.Â
Sebuah studi menunjukkan bahwa mendengarkan aktif juga meningkatkan kualitas pengambilan keputusan (Komara et al., 2023). Ketika kita memahami perspektif orang lain dan informasi yang mereka bagikan, individu sebagai pendengar aktif dapat membuat keputusan yang lebih baik dan lebih terinformasi. Ini sangat penting dalam konteks profesional maupun pribadi untuk meminimalkan konflik dan membangun kolaborasi yang efektif.
Untuk dapat mendengarkan secara aktif dan terlibat langsung dalam proses komunikasi interpersonal, Devito (2013) menyebutkan terdapat beberapa teknik yang bisa digunakan:
1. Mendengarkan secara Parsitipantif
Langkah awal yang dilakukan untuk mendengarkan secara aktif adalah sikap berpartisipasi. Dalam hal ini diperlukan persiapan fisik dan mental yang baik. Dengan posisi tubuh yang baik bisa mendukung kita untuk mendengarkan dan menerima sinyal-sinyal yang disampaikan melalui komunikasi nonverbal dengan efektif. Kesiapan mental juga memainkan peran penting dalam mendorong kita untuk berpartisipasi secara aktif ketika mendengarkan. Sebagai pendengar, berpartisipasi ketika kegiatan komunikasi setara dengan mendengarkan pembicara dan mendapatkan informasi. Pendengar juga harus siap terlibat untuk proses berbagi makna dalam komunikasi baik secara emosional atau intelektual. Namun, sikap partisipatif ini tidak berarti harus merasa tegang atau tidak nyaman saat mendengarkan. Sebaliknya, tubuh kita perlu tetap rileks saat menyimak pesan yang disampaikan, sambil menangkap arti dari kata-kata dan bahasa tubuh yang menyertainya.
Ada beberapa cara efektif untuk meningkatkan partisipasi dalam komunikasi. Salah satunya adalah dengan berusaha sebaik mungkin untuk mendengarkan, mengaktifkan semua panca indera kita, termasuk penglihatan dan pendengaran. Selain itu, kita perlu menghindari hal-hal yang bisa mengganggu proses komunikasi seperti melamun atau pikiran yang melayang jauh dari topik pembicaraan. Sebaliknya, kita seharusnya berupaya membangun keyakinan bahwa setiap pesan yang disampaikan memiliki nilai dan manfaat.
2. Mendengarkan secara Empati
Berempati adalah kemampuan untuk merasakan apa yang dirasakan oleh orang lain, serta melihat sesuatu dari sudut pandang mereka. Melalui empati, seseorang dapat memahami yang dimaksud oleh orang lain. Mendengarkan dengan empati bukan sekadar melibatkan pikiran, tetapi juga menempatkan perasaan secara proporsional dalam komunikasi yang berlangsung.
Dalam mendengarkan secara empati, melihat sudut pandang mitra komunikasi itu penting. Langkah awal yang bisa dilakukan adalah berusaha memahami pikiran dan perasaan mereka. Untuk meningkatkan keterbukaan dan empati, kita perlu menghindari setiap hambatan fisik maupun psikologis yang dapat mengganggu komunikasi contohnya, tidak memotong pembicaraan dan jaga jarak fisik yang nyaman dengan lawan bicara.
3. Mendengarkan tanpa Menilai namun Kritis
Mendengarkan tanpa menilai berarti mendengarkan dengan pikiran terbuka dan berusaha memahami setiap makna dari pesan yang disampaikan, tanpa terburu-buru melakukan penilaian sebelum mendengarkan sepenuhnya. Tentu saja, hal ini tidaklah mudah, terutama ketika kita dihadapkan pada pernyataan yang bertentangan dengan pandangan kita. Oleh karena itu, kemampuan untuk mendengarkan dengan cara ini menjadi sangat penting, terutama dalam situasi yang kompleks atau menantang.
Mendengarkan dengan sikap kritis sangat penting untuk menciptakan komunikasi yang bermakna. Dengan mendengarkan secara terbuka, kita dapat lebih memahami pesan yang ingin disampaikan, sementara sikap kritis membantu kita menganalisis dan mengevaluasi informasi tersebut. Kita perlu menyadari bahwa terdapat kemungkinan bias yang dapat memengaruhi pemahaman kita terhadap pesan. Bias ini bisa mengganggu proses mendengarkan secara aktif dan berpotensi mengakibatkan respons yang tidak akurat.
4. Mendengarkan secara Mendalam
Sebagian besar pesan mengandung makna yang jelas dan dapat dipahami. Namun, sering kali terdapat lapisan makna lain yang mungkin bertentangan satu sama lain atau bahkan tidak memiliki kaitan sama sekali.
Saat mendengarkan dengan seksama, penting untuk peka terhadap berbagai tingkat makna yang ada. Jika kita hanya berfokus pada makna permukaan, kita berisiko kehilangan kesempatan untuk menjalin kontak yang lebih dalam dan sepenuhnya memahami pesan yang ingin disampaikan. Oleh karena itu, kita perlu memusatkan perhatian pada pesan-pesan nonverbal yang menyertainya. Selain itu, jangan ragu untuk mengajukan pertanyaan jika ada hal yang membingungkan.
Tantangan Mendengarkan Secara Aktif
Selain teknik yang bisa digunakan untuk dapat mendengarkan secara aktif dalam proses komunikasi interpersonal, terdapat juga tantangan atau hambatan yang ada ketika mendengarkan secara aktif dalam komunikasi interpersonal, antara lain:
1. Keterbatasan fisiologis
Mendengarkan dengan aktif memerlukan energi yang tidak sedikit. Ketika kegiatan mendengarkan dilakukan secara terus-menerus dalam jangka waktu yang lama, konsentrasi dan fokus kita cenderung menurun.
2. Tidak memiliki latar belakang informasi yang memadai
Ketika seseorang memiliki pemahaman yang kurang mengenai latar belakang suatu topik, keterlibatannya dalam komunikasi menjadi terbatas. Kurangnya persiapan yang memadai dapat menyebabkan penerima pesan bersikap pasif, sehingga mereka hanya mendengarkan tanpa memberikan umpan balik yang diperlukan.
3. Sikap terhadap pembicara
Sikap seseorang sebagai teman atau lawan terhadap pembicara sering mempengaruhi cara mereka mendengarkan secara aktif. Hal ini dapat mengakibatkan ketidaknetralan dalam menerima pesan yang disampaikan oleh pembicara.
4. Mendengar apa yang diharapkan
Seringkali orang terkesan oleh pesan-pesan yang disampaikan oleh seorang pembicara. Namun, banyak pendengar yang tidak benar-benar memahami maksud dari pembicaraan tersebut. Mereka cenderung hanya mendengar apa yang mereka inginkan untuk didengar, bukan apa yang sebenarnya disampaikan.
5. Mendengarkan secara setengah-setengah
Hanya kata-kata yang diperdengarkan, tanpa memperhatikan konteks pembicaraan, ekspresi yang muncul, perubahan nada suara, atau pesan nonverbal lainnya.
6. Gangguan emosional
Meskipun komunikasi merupakan alat yang sangat efektif untuk mengekspresikan emosi, tidak semua orang mampu memahami, mengendalikan, atau menjelaskan perasaan mereka yang sesungguhnya.
7. Situasi dan keadaan sekitar
Lingkungan atau tempat di mana komunikasi berlangsung berperan penting dalam kemampuan seseorang untuk mendengarkan secara aktif. Jika terdapat gangguan yang signifikan dari lingkungan sekitar, maka kelancaran komunikasi akan semakin terhambat.
Kesimpulannya, keterampilan mendengarkan secara aktif dalam komunikasi interpersonal ternyata tidak hanya memperlancar komunikasi tetapi juga memberi efek yang positif terhadap hubungan di dalamnya. Keterampilan mendengarkan secara aktif menjadi kunci dalam komunikasi yang efektif dan penuh makna. Meski begitu, terdapat beberapa tantangan ketika mendengarkan aktif dan untuk menghindari tantangan tersebut kita perlu memiliki strategi dan persiapan yang memadai sebagai dasar dalam berkomunikasi. Â Keterampilan mendengarkan secara aktif tidak akan tumbuh dengan sendirinya, tetapi harus dilatih dan dikembangkan sedemikian rupa. Adapun yang harus diperhatikan dalam mendengarkan secara aktif adalah kesiapan fisik dan mental dalam kegiatan komunikasi tersebut. Keterlibatan empati dan pikiran yang terbuka dapat menumbuhkan sikap mendengarkan yang aktif. Ungkapan manusia diberikan dua telinga dan hanya satu mulut dapat senantiasa mengingatkan betapa penting sikap mendengarkan. Kesediaan mendengarkan orang lain secara aktif dapat menjadikan hubungan dengan orang lain menjadi lebih nyaman dan tenteram.
Sekian pembahasan ini, semoga dapat memberikan pemahaman tentang teknik mendengarkan aktif dalam komunikasi interpersonal. Kunjungi website https://bk.fip.unesa.ac.id/ untuk mengetahui informasi edukasi yang menarik lainnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H