Kita yang selalu mengikrarkan diri sebagai manusia modern perlu belajar pada masyarakat adat yang telah membawa alam kepada keseimbangan.
Ternyata mempelajari kehidupan masyarakat adat merupakan hal yang penting karena masyarakat adat telah menghasilkan beragam pemecahan terhadap berbagai masalah manusia, sebuah pemecahan yang berbeda dengan manusia modern (Diamond, 2018:10).Â
Pemecahan masalah yang dilakukan masyarakat adat bisa terlihat, seperti bagaimana membesarkan anak, menjaga kesehatan, dan penyelesaian perselisihan.Â
Bahkan masyarakat adat punya banyak variasi dalam menilai problem kehidupan, untuk itu kita harus melihat masyarakat adat sebagai paradigma baru.
Masyarakat adat melekat pada nilai-nilai yang telah diwariskan neneng moyang, sebagai ajaran yang harus diamalkan.Â
Ajaran yang melekat pada masyarakat adat selalu memandang alam sebagai satu kesatuan yang utuh, pelajaran untuk manusia mengenal batas karena tidak semua komponen alam harus dieksploitasi.Â
Karlina Supelli mengatakan masyarakat adat selalu dekat dengan alam, memandang hutan bukan sekedar sumber mata pencaharian melainkan hutan dipandang sebagai acuan bagi rasa merasa akan kosmos, sejarah muasal, tata hukum dan tunjuk ajar perilaku yang terus diamalkan dan dirawat sampai sekarang(Karlina Supelli dalam Pidato Kebudayaan).
Kesadaran akan alam sudah seharusnya dijalankan tidak terbatas pada masyarakat adat saja, melainkan oleh semuanya untuk mengatasi krisis multidemsional.Â
Di Indonesia banyak sekali masyarakat adat yang memiliki pandangan hutan sebagai hal yang sakral, misalnya masyarakat adat Baduy.Â
Masyarakat Baduy sampai sekarang terus merawat lingkungannya, sehingga keseimbangan ekosistem terawat dengan baik. Masyarakat Baduy memiliki paradigma ekosentris yaitu sebuah pandangan bahwa alam sebagai oikos yang utuh, sehingga perlu dirawat.
Paradigma Masyarakat Baduy