Keesokan harinya keluarga Dimas bersiap menuju Magelang, Dimas masih tertidur karena semalaman memikirkan Arini yang tidak akan pernah ditemui lagi.
"Bimo tolong bangunkan masmu itu dan suruh siap-siap kita mau ke Magelang, ke tempat Eyang Darmo ada urusan penting yang harus kita bicarakan." Kata ibu Dimas kepada Bimo, adik Dimas.
"Mas Dimas, mas, mas... bangun mas, kita mau ke rumah Eyang Darmo. Ayo bangun..."
"Iya nanti..." jawab Dimas sambil membalikkan badan
"Mas ayo bangun, kita mau membicarakan masalah penting lho kata ibu" kata Bimo sambil mengoyangkan badan Dimas.
Dengan setengah malas Dimas bengun dari tempat tidurnya dan mengambil handuk dan masuk kamar mandi. Setelah mandi Dimas dan berpakaian menuju ruang tamu dimana bapak dan ibunya sudah menunggu.
"lho kok kamu Cuma pakai kaos oblong leh?" Kata ibu Dimas
"Lha katanya cuma mau ke rumah Eyang Darmo? mengapa harus berbaju rapih, biasanya pun begini?" Jawab Dimas.
"ini kita akan ada pertemuan keluarga, saudara-saudara semua kumpul disana. Malu toh kalo kamu berpakaian kayak gembel begini. Sana ganti baju dan jasmu sudah ibu siapkan."
"iyalah bu" kata Dimas sambil masuk kamar dan berganti baju.
Setelah semuanya siap Dimas dan keluarganya menuju mobil. Tidak lama kemudian ibunya memulai pembicaraan. "Begini leh, sebenarnya perjalanan kita kali ini mau membicarakan pernikahan kamu..."
Belum sempat ibunya menyelesaikan perkataanya, Dimas sudah memotong "Ibu ini Bagaimana sih ? kok saya mau dinikahkan?"
"Ini semua demi kebaikan kamu dimas, kami sudah merencanakannya jauh-jauh hari sebelum kamu datang" jawab Ibu Dimas
"Aku yang mau menikah, kok aku tidak diajak bicara? Memang aku ini apa mau dinikahkan seenak saja, tanpa tahu siapa wanita yang bakal menjadi istriku?" Kata Dimas ketus
"Tenang leh, kami pilihkan wanita yang terbaik buat kamu" Kata Bapa Dimas mencoba membantu menenangkan Dimas.
"Iya leh, kami sudah memikirkan semuanya, coba nanti kamu lihat sendiri calon istrimu. Namanya Setyowati. Anak baik, cantik dan penurut. Ini photonya." Kata Ibu Dimas.
Tetapi Dimas membuang muka tanpa mau melihat photo calon istrinya bahkan menolak tangan saat ibu menyodorkan photo seorang wanita berambut panjang. Dimas masih teringat pada Arini.
"iya saya manut saja sama bapak dan ibu, tapi jangan salahkan aku kalau aku ceraikan dia, setelah saya menikah." Jawab Dimas.
"Jangan begitu leh, kualat lho. Bapak dan ibu sudah mencarikan kamu yang terbaik, ini juga untuk menyambung tali persaudaraan kita yang putus. Wareng (kakek moyang) kita dulu kakak beradik dengan calon mertua kamu. Ini saatnya kami sambung lagi. Kami sudah meneliti bibit, bobot,dan bebet calon istrimu yang terbaik. Ini semua demi kebaikan kamu. Mana mungkin kami sebagai orang tua mau menjerumuskan anak sendiri."
"Mengapa ngak si Bimo saja yang dijodohkan?" Jawab Dimas
"Enak aja, aku masih kuliah...." jawab Bimo sambil menyetir mobil
"Sudah jangan ganggu Bimo yang menyupiri kita, nanti malah kecelakaan. Satu hal saya yang kami minta sama kamu. Penuhi saja permintaan kami, karena kami tidak tahu sampai kapan umur kami. kamu tahukan, ibu ini melahirkan kamu setelah 12 tahun menikah dan ibu punya doa asal bisa dikarunai anak, maka apapun permintaan Eyang kamu akan kami penuhi. Ternyata setelah eyang menyatakan permintaannya untuk menyambung tali persaudaraan yang pernah putus dengan keluarga Eyang Prawiro, tidak lama kemudian mengandung kamu. Ibu ini merawat kandungan ibu baik-baik, padahal ibu sudah tidak muda lagi saat itu. Padahal banyak penyakit yang datang saat ibu hamil, tetapi Gusti Allah memlihara, hingga lahir kamu. Ibu mohon pernuhi permintaan  kali ini saja," Kata Ibu Dimas sambil meneteskan air mata.
Dimas terdiam dan mengangguk.
Sesampai di rumah eyang darmo, tampak sudah ramai sanak saudara berkumpul. Saat turun dari kendaraan Bapak dan Ibu disambut oleh Eyang Darmo.
"mana cucuku sing ganteng itu?" Tanya Eyang Darmo
"Itu lho mbah, ayo Dimas sungkem sama eyang Darmo. Dia ini pengganti kakekmu almarhum."
Dimas langsung sungkem meski dalam hati masygul.
"Keluarga Eyang Prawiro sudah kumpul ?" Tanya Bapak Dimas
"Mereka sudah datang sejam yang lalu. Monggo masuk..."
***12 Jam Sebelumnya***
Di rumah Arini terjadi ketegangan. Ibu Arini mencoba membujuk Arini agar rela dijodohkan.
"Arini, Ibu dan Bapak sudah berbuat yang terbaik buat kamu. Perjodohan ini demi kebaikan kamu nak. Mana ada orang tua yang ingin anaknya susah..." Kata ibu Arini mencoba membujuk.
"Pokoknya Aku ngak mau bu...Arini ini manusia bukan robot yang bisa dia tur seenaknya." Jawab Arini sambil menangis tersedu-sedu. Aku ini sudah punya kekasih yang baik hati dan mencintai aku. Bagaimana kalau si Aryanto sontoloyo malah bikin aku susah dan sengsara!" jawab Arini sambil menangis
"Dengar ya Arini, kami sudah berikan yang terbaik buat kamu... Lihat Bulik kamu itu, Sudarmi, dijodohkan dengan Darsono tidak mau, malah pilih si Rajesh yang ganteng dan baik hati. Kamu lihat sendiri kan? Sekarang hidupnya susah ditinggal suami, hartanya dibawa kabur. Coba kalau jika menjadi istri Darsono sudah jadi Juragan batik terbesar di Pekalongan. Renungkan nduk."
"Tapi kan..." Arini mencoba menjawab
"Tidak usah pakai tapi-tapian.... besok kamu siap-siap saja kita akan pertemukan kamu dengan Aryanto. Titik!"
"Ibu Kejam!"
"Suka tidak suka, kamu harus siap besok!" Kata Ibu Arini sambil membanting pintu.
**
Saat Dimas memasuki rumah Eyang Darmo yang besar, dia melihat sudah banyak orang berkumpul dimana sebagian diantaranya adalah kerabatnya.
Kemudian ada sepasang suami istri parobaya mendekati keluarga Dimas
"Oh... ini ya Aryanto.... ternyata ganteng dan gagah bu putramu ini. Cocok jadi mantuku..." Kata ibu itu.
"Sungkem leh sama mertuamu" Perintah Ibu Dimas
Dimas memandang keduanya dengan dingin.
"Jangan begitu leh dengan mertuamu, sebentar kita akan jadi keluarga..."
"Tidak apa-apa mbakyu, nanti juga setelah ketemu anakku yang cantik pasti dia akan sungkem..."
Dengan setengah terpaksa Dimas bersungkem dengan kedua orang itu.
"Monggo masuk..." Kata Bapak yang menyambut mereka
Dimas melihat sekeliling semua tamu sedang asik berbicara masing. Sebagain amasih memandangnya. Tetapi dia melihat kursi di ruang tamu, anak wanita yang masih menutupi wajahnya dan menggunakan sanggul meski rambut panjang. Dalam hati Dimas "Mungkin ini calon istriku, tunggu saja saatnya, akan aku ceraikan setelah kami menikah"
"Monggo-monggo mbakyu dan Kangmas. Duduk disini" Kata ibu Setyowati. " Dimas ini calon istrimu... ayo kalian bersalaman...." Tetapi si wanita masih tetap memalingkan muka, "Ayo nduk salami calon suamimu...."
Dimas pun ragu untuk duduk berdekatan dengan calon istrinya, tetapi tetap memaksakan diri untuk duduk dekat meski hati galau dan ingatan akan Arini belum hilang....
Tetapi saat mencoba dekat, dia merasa wanita didekatnya tidak asing dan saat wanita membalikkan wajahnya...
"Dimas?"
"Arini?"
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H