"Mungkin ada sesuatu yang sangat penting segera ditanggapi."
"Biasanya kalau amplop dari pemborong selalu dibuka oleh ..."
"Ah! Itu kebiasaan buruk. Masa sebagai gubernur tugas saya membuka amplop? Percuma ada staf sekretariat!"
Sekretaris itu geleng-geleng kepala. Gubernur bagag! Makinya dalam hati. Pelan-pelan dengan tangan gemetar dia membuka amplop itu satu per satu. Astaga! Isinya cek semua. Angka-angka yang tertulis dalam cek itu jumlah nolnya jauh lebih banyak daripada jumlah nol dalam cek yang tercecer di gedung DPR tempo hari. Sekretaris itu makin gemetar. Seumur hidup baru sekali ini dia melihat cek dengan jumlah nol sebanyak itu!
"Cek! Cek, Pak!"
"Suruh Sekda saja mengeceknya!"
"Ya ampun, Pak! Ini cek. Duit. Rezeki nomplok, Pak!"
M@cver  terperangah. "Untuk apa?"
"Untuk Bapak. Untuk menyulap kehidupan Bapak, dari seniman kaya imajinasi menjadi pejabat berlimpah materi, Pak!"
"Astaghfirullah! Saya tidak mau menjadi tukang sulap atau sebagai bahan sulapan. Kembalikan segera kepada orang-orang tadi. Segera! Saya mau pulang."
Keesokan harinya, pagi-pagi sekali salah seorang dari kelompok pengusaha kemarin berkunjung ke rumah dinas gubernur. M@cver sedang minum kopi bersama seorang sahabatnya yang baru datang dari kampung.