Mohon tunggu...
Surtam A Amin
Surtam A Amin Mohon Tunggu... Lainnya - Pensiunan PNS

Penggemar fiksi, budaya, politik, dan pariwisata

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Gubernur Baru

3 Desember 2024   17:35 Diperbarui: 4 Desember 2024   04:53 135
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Sebagai wujud penghargaan terhadap perjuangan pemuda, tidak berlebihan kiranya Bapak meningkatkan kualitas pemuda kita. Peningkatan kualitas sumber daya manusia itu perlu dilakukan melalui jalur pendidikan. Kami harapkan Bapak sudi menugaskan salah seorang pemuda daerah ini untuk sekolah kembali di salah satu perguruan tinggi terkenal di negara kita dengan biaya dinas," usul salah seorang pemuda, anggota rombongan.

"Menurut saya, pemuda yang tepat untuk disekolahkan itu adalah ketua organisasi pemuda ini," tambah pemuda lainnya sambil menunjuk ke arah ketua organisasi pemuda. Pemuda yang ditunjuk meremas-remas jarinya sendiri.

M@cver sedikit terperanjat mendengar kata penutup rombongan pemuda itu. Bukan karena substansi pembicaraan, melainkan karena dia mulai mengantuk, kelelahan, seharian melayani para majikannya.

Jam dinding menunjukkan pukul lima sore. M@cver mempersilakan rombongan tamu terakhir masuk.

"Kami dari kelompok pengusaha muda daerah," juru bicara kelompok itu memperkenalkan diri. "Maaf kami telah mengganggu waktu istirahat Bapak. Izinkan kami mengucapkan selamat atas terpilihnya Bapak sebagai gubernur."

M@cver terkesan atas sopan-santun kelompok ini. Dia berusaha menahan kantuknya supaya terlihat tetap segar dan sungguh-sungguh dalam melayani majikannya. Dia membiarkan kelompok pengusaha ini mendominasi pembicaraan. Sebagai pejabat, dia harus tampak lebih pandai mendengar. Suatu keterampilan yang langka dimiliki para pejabat masa lalu. Waktu itu para pejabat jarang sekali mau mendengar pendapat orang lain karena merasa pendapat dialah yang paling benar.

Sebelum meninggalkan ruangan, para pengusaha itu menyerahkan masing-masing selembar amplop. Ada sepuluh amplop putih tipis di tangan M@cver saat ini.

"Buka dan agendakan surat ini," M@cver menyuruh sekretarisnya.

"Ini dari para pemborong tadi, Pak?" tanya sekretaris bingung.

"Ya. Segera dibuka. Jangan biasakan menunda pekerjaan."

"Tapi, Pak..."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun