Kuil Palani Andawar Simbol Hindu di Bumi Islam
Aceh, Serambi Mekkah dalam beberapa tahun selalu menyajikan berbagai kejadian besar pada "dunia luar". Penerapan Syariat Islam membuat citra seolah Aceh sangat tertutup dan terkesan menakutkan. Bahwa perempuan harus berhijab jika tidak mau kena tangkap.Â
Tetapi kesan angker itu rontok ketika kami, dua wanita Bali datang ke Tanah Rencong guna melakukan penelitian beberapa tahun lalu. Aceh justru indah dengan penduduk yang ramah. Wajah-wajah manis para wanita Aceh terlihat sangat jelas walau sedikit tertutup.Â
Demikian pula, kami diterima dengan sangat ramah di Kantor majelis Adat Aceh, kantornya Wali Nanggo, semacam pimpinan tertinggi ulama dalam susunan pemerintahan di Aceh.Â
Demikian pula kami diterima dengan ramah di kantor DPRA Aceh. Kami mencoba jalan ke berbagai mall, pasar, warung kopi selain ke situs-situs bersejarah. Dan Kami jatuh cinta dengan bumi Aceh yang indah. Aceh tidak semenyeramkan di berita-berita (hukum cambuk, razia, dll).Â
![Kami Peneliti berdua, dengan menutup kepala mewawancarai salah satu anggota DPRA Aceh. Kami diterima dengan sangat ramah diberbagai tempat | dokpri](https://assets.kompasiana.com/items/album/2020/07/20/wawancara-5f14fee0d541df05406e8714.jpg?t=o&v=770)
Bahkan sisa-sisa peninggalan jaman lampau cukup sulit untuk diteliti sebagai sebuah standar pengetahuan ilmiah. Penghancuran dan penghilangan jejak telah dilakukan secara massif selama ratusan tahun demi membangun imperium kejayaan yang baru.
![Raja Nagan. Salah Satu Raja Aceh yang merupakan keturunan kerajaan di masa lampau | dokpri](https://assets.kompasiana.com/items/album/2020/07/20/raja-nagan-5f1500c7097f362e0a755c82.jpg?t=o&v=770)
Awalnya ada dua kuil di wilayah ini, yakni satunya kuil Siwa dan Kuil Andawar, akan tetapi kuil Siwa sudah ditinggalkan karena sudah tidak ada pengempon dan tanahnya dikembalikan kepada Negara.
![Keterangan foto: kampung Keudah, lokasi kuil Hindu | dokpri](https://assets.kompasiana.com/items/album/2020/07/20/aceh-1-5f1500f1097f3631df46ac02.jpg?t=o&v=770)
Sebagai masyarakat yang religius dan memegang teguh peradabannya, mereka secara bertahap mendirikan tempat ibadah (kuil). Selain itu, masyarakat Hindu Tamil membuat tempat persembahyangan pribadi di rumah.Â
Kuil pertama didirikan sekitar tahun 1925 dengan sangat sederhana yakni berdinding papan dan beratap seng. Kuil sederhana ini diberinama "Kuil Siwan." Kuil yang tentunya sangat jauh jika dibandingkan dengan Masjid dan Gereja ini didirikan di tepi Krung Aceh (Sungai Aceh).Â
Selanjutnya, sesuai dengan perkembangan umat Hindu, tidak jauh dari kuil Siwan dan masih di daerah Kedah Kecamatan Kutaraja Banda Aceh tahun 1934 dibangun sebuah kuil baru yang diberi nama Palani Andawar.Â
Manifestasi Tuhan yang dipuja adalah Dewa Muruga. Kuil tersebut dipimpin oleh seorang pendeta dalam bahasa Tamil disebut Progider. Progider yang pernah bertugas di kuil itu adalah R. Basu dan setelah beliau meninggal dilanjutkan oleh pendeta Krishna Menon.
![dokpri](https://assets.kompasiana.com/items/album/2020/07/20/aceh2-5f150147097f3649c959d602.jpg?t=o&v=770)
Pendeta Rada Krishna merupakan keturunan Tamil kelahiran Banda Aceh, 8 Maret 1962. Pendeta Rada Khrisna telah dikukuhkan sebagai pinandita di Kuil Palani Andawer oleh Guru Siwa Ganes Pandiyan dari India, serangkaian dengan pelaksanaan Maha Puja Pangguni Uthiram Thiruvila yang dilaksanakan pada tanggal 6-7 April 2013 di Kuil tersebut.Â
![pak-rada-5f1504e9097f360160575a42.jpg](https://assets.kompasiana.com/items/album/2020/07/20/pak-rada-5f1504e9097f360160575a42.jpg?t=o&v=770)
Namun ironisnya, Pendeta Rada Khrishna harus mengurus kuil tersebut sendirian, mulai dari membeli keperluan puja harian, membersihkan kuil, menyapu dan ngepel lantai dan melayani umat yang ingin melakukan persembahyangan.
![Kuil Hindu di Aceh, tampak terjepit dengan ruko dan bangunan sekitar | dokpri](https://assets.kompasiana.com/items/album/2020/07/20/aceh-5f15015c097f364d761f6ef2.jpg?t=o&v=770)
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI