Itulah yang harus memisahkan kami untuk sementara. Demi ilmu yang akan jadi bekalnya. Dalam usinya yang masih belia dia berusaha hidup terpisah dari keluarga.
Saat pertama kalinya terpisah ragaku bagai melayang , tak ada lagi sang pangeran. Tapi hati kecilku selalu mengingatkanku bahwa berpisah bukan untuk tidak bertemu. Kukuatkan hatiku dan selalu mohon bimbingan dari Tuhanku.
Sebulan kemudian aku bertemu dengan pangeranku, begitu aneh kurasakan ada hal -- hal yang berubah dari pangeran. Dia lebih bertanggung jawab pada dirinya. Dia lebih dekat dengan Tuhannya. Dia lebih menguatamakan akhirat dari pada dunia.
Tiada yang lebih membanggakan dari seorang ibu yang melihat anakknya yang tumbuh remaja kini bak menjadi seorang malaikat, malaikat pelindung.
Teduh hati saat melihat dia berlari melangkahkan kaki menuju mesjid ketika azan memanggil. Meninggalkan rutinitas kehidupan dunia. Sesaat bercengkerama dengan sang maha pencipta.  Rabb Tuhan Yang maha perkasa dengan segala kekuasannya yang dapat membolakbalikkan hati manusia. Rab maha penyayang dan tak pernah tidur malam dan  siang sehingga tau apa yang hambanya inginkan.
Kini pangeranku berkelana, mengelilingi dunia mencari bukan saja ilmu dunia tetapi juga bekal untuk menghadapNya. Tak henti kupanjatkan doa pada sang Maha Pencipta putra kelanaku menjadi insan yang berguna, berguna bagi keluarganya, berguna bagi negaranya dan berguna bagi agamanya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H