Mohon tunggu...
Surikin SPd
Surikin SPd Mohon Tunggu... Guru - Ririn Surikin

Terus Belajar

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Pangeran Kelana

22 Januari 2022   11:05 Diperbarui: 22 Januari 2022   11:14 256
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Selanjutnya menjadi tugasku untuk melukis pada lembaran kertas yang putih bersih. Akan kuapakan pangeran kecil ini. Kadana ku tak sabar untuk melihatnya besar. Tak sabar untuk mengajarkan ilmu kehidupan. Tak sabar untuk mengajaknya sholat bersama, mengantarnya ke sekolah dan untuk mengajarkannya ilmu tulis baca.

Detik demi detik berlalu, puluhan ribu bahkan jutaan detik terlewati dengan sangat berharga. Pangeranku menjalani masa kanak kanaknya di salah satu sekolah TK di kotaku.

Dilewati hari harinya dengan penuh ceria. Bermain, berlari kesana kemari , ngusilin temannya, semua dilakukan dengan penuh candaan. Pangeranku pandai menyesuaikan diri dengan teman- temannya.

Setelah pulang sekolah ku lihat parasnya yang lesu karena kelelahan. Dari wajahnya yang lugu kurangkul dia dalam dekapanku sampai dia tertidur. Pangeranku bermimpi sesaat.

Waktu berlalu dengan cepatnya. Kuberikan yang terbaik untuk pangeranku, pendidikannya menjadi perioritas yang pertama. Pangeranku mengenyam pendidikan disekolah yang berbasis ilmu agama. Dengan tujuan dia bisa mencari ilmu sekaligus di dua benua benua akhirat dana benua dunia.

6 tahun dilalui dengan tak terasa. Pangeran telah menuntaskan pendidikan di sekolah dasar. Banyak bekal yang sudah diserapnya. Ilmu dunia dan ilmu agama. Perintah Allah selalu dia lakukan. Sholat lima waktu menjadi kewajiban. Menghafal alquran menjadi tujuan agar punya bekal kelak menghadap tuhan.

Ilmu bahasa, matematika sangat ia kuasai. Tak jarang pula ia membuat puisi walau kadang tak mengerti. Namun bakat itu selalu ia gali.

Sebagai seorang anak ia ku anggap sempurna. Tak pernah mengeluh walaupun secapek apa. Tak pernah meminta hal -- hal yang dirasa tidak perlu. Setiap kutanya beli apa ia selalu mengatakan terserah bunda. Suatu sikap yang sederhana.

Pangeran kesatria kini telah menjelma menjadi seorang yang kubanggakan. Sikap sangat pengertian pada orang tua , sikap patuhnya dan tak pernah menuntut lebih apa yang dia pinta. Sebagai orang tuanya aku tak pernah direpotkan pada permintaannya.

Bergulirnya waktu, detik demi detik, jam demi jam, hari berganti hari, bulan memutar kembali dan tahun yang tak kan pernah terulang. Kini telah membawa pangeran kesatria ke hidup yang lebih dewasa.

Pendidikan terbaik untunya telah ku persiapkan, tanpa pernah mengeluh dia selalu patuh dengan apa yang kukatakan. Keinginan, cita-citaku selalu dia patuhi. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun