Mohon tunggu...
Surikin SPd
Surikin SPd Mohon Tunggu... Guru - Ririn Surikin

Terus Belajar

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Pangeran Kelana

22 Januari 2022   11:05 Diperbarui: 22 Januari 2022   11:14 256
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ku arahkan jariku pada satu nomor di HP ku . Setelah berdering telepon diujung sana akupun merasakan ada belaian kasih sayang, suamiku langsung pulang meninggalkan seabrek kegiatan pekerjaannya. Berlari melalui lalu lalangnya karyawan lain, dan langsung menemu atasannya untuk meminta izin pulang

Sementara ditempat terpisah aku menahan rasa sakit yang kadang kadang muncul kadang-kadang hilang. Saat rasa itu muncul maka segenap badan terasa melayang, rasa sakit yang seakan nak memutuskan pinggang. Tapi saat sakit itu hilang seperti luas rasanya dunia. Seperti semilir angin di surga.

Ku bawa berdialog dengan cabang bayi, sabar tuk keluar tunggu sang pangeran tua datang. Dalam kesakitan yang kurasakan ku berusaha menghibur diri dengan cara menghubungi ibu yang kusayangi. Tapi hanya dijawab oleh suara operator kartu. Nomor tidak aktif katanya. 

Ku ikhlaskan karena tidak bisa berkeluh kesah dengan ibuku. Hati kecilku berkata mungkin ibuku sedang menyentuh hajar aswat atau mungkin sedang sholat di hijir ismail, Karna saat itu ibuku lagi memenuhi panggilanNya menunaiikan ibadah rukun islam kelima.

Dalam kegelisahan kupanggil lagi satu nomor telepon. Telepon berdering di ujung telinga, diangat oleh suara yang aku tak akan pernah lupa. Ayahku... dia ayahku... dalam kesakitan yang muncul kusampaikan keluh keasahku tentang rasa sakit yang kurasakan, tentang persaaan yang galau, dan suara diseberang sana yang menjadikan semangatku untuk terus bertahan dan selalu mengucap nama Tuhan. Ku dengar suara agak terbata-bata karena tuanya. Tapi ku yakin dia juga meraskan kesakitan yang rasa.

Tak tahan lagi untuk berdiri saat itu aku ihklas kalau aku harus meninggalkan dunia, karena rasa sakit yang menimpa. Dalam ketidakberdayaan ada satu tangan yang membimbingku ke kursi roda dengan tenaga ekstra di dorongnya kursi roda dan membawaku ke ruang persalinan.

Masih ku belai janinku dan mengatakan tunggu, tunggu ayahmu ya nak... mungkin bayiku menyadari kata kataku, dia tertidur lagi dan tidak melakukan reaksi. 

Sampai akhirnya pintu diketuk dari luar dan wajah yang sangat kubanggakan nongol di balik pintu. Seketika bayiku kembali menunjukkan kejantanannya. 

Reaksi yang dilakukannya membuatku harus menarik nafas panjang dan mengeluarkannya. Bagitu terus berulang.sampai akhirnya kesepakatan kami tak mungkin tertunda .

Suara yang keras keluar dari bibir pangeranku, mengatakan bahwa dia sudah berhasil melewati satu alam kandungan dan telah hadir kealam dunia. Jeritan dalam tangisnya disambut perawat yang memandikannya. Seputih kapas, ya... bagai seputih kapas pangeranku akhirnya melihat dunia.

Alhamdulillah itu kata yang tak pernah putus dari bibirku. Satu lagi kepercayaan Allah telah diberikan kepadaku dengan memberiku pangeran kesatria. Calon imam keluarga, dan tentunya aku berharap banyak darinya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun